Lihat ke Halaman Asli

Amaliyah Kamil

Kamilatul Amaliyah

Teosentris dan Antroposentris dalam Sholat

Diperbarui: 29 Agustus 2022   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sederhananya sholat sebagai antroposentris adalah akibat logis dari teosentris. Menilik sholat lebih jauh, ia sendiri menggabungkan bentuk nyata antara teosentris dan antroposentris. 

Sholat yang sedari takbir sudah memusatkan dan menyerahkan sepenuhnya diri pada Tuhan menegaskan kita teosentrisme. Berkali-kali tegak dalam rakaat bukti bahwa proses makrifat dengan Tuhan adalah hal yang harus terus dilakukan. 

Tegak, ruku',  dan sujud adalah bukti bahwa dalam perjalanan kehidupan, iman pada Tuhan itu dinamis, adakalanya naik, pun turun, dan kita diajarkan untuk terus bangkit. 

Setelah dirasa cukup (walau sebenarnya tidak akan pernah cukup) berpusat pada pencipta, kita diharuskan berantroposentris melalui salam, toleh kanan kiri untuk bersikap berperikemanusiaan. Karena sholat menyuruh kita memanusiakan manusia, bukan hanya diri pribadi. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline