Sibuk atau produktif?
Kebanyakan dari kita tentu akan memilih pilihan kedua, yakni produktif. Setiap orang memiliki perspektif berbeda dalam memandang produktif. Pada umumnya, produktif merupakan keadaan dimana seseorang dapat menghasilkan sesuatu.
Apakah kalian pernah menemukan seseorang yang terlihat sangat produktif di sosial media kemudian merasa insecure?Hal tersebut merupakan hal yang lumrah.
Produktif merupakan hal yang baik dan tidak ada salahnya apabila kita termotivasi untuk itu. Namun, perlu diingat bahwa terobsesi untuk produktif sehingga memaksakan diri melebihi batas kemampuan merupakan hal yang toxic atau dapat disebut dengan toxic productivity.
Toxic productivity terjadi ketika seseorang memiliki banyak keinginan dalam satu waktu sehingga terus-menerus bekerja untuk mewujudkannya.
Toxic productivity akan membuat seseorang merasa useless ketika mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan pekerjaan, seperti menonton film, bermain bersama teman, dan bahkan sekedar untuk beristirahat. Hal tersebut tentu akan membuat work-life balance seseorang buruk, terganggunya kesehatan fisik dan mental, kurang bisa menghargai diri sendiri, serta kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.
Berikut ciri-ciri toxic productivity :
1.Kompetitif yang berlebihan
Tidak ada salahnya untuk menjadi kompetitif apabila kita dapat memberi batasan. Tak jarang, rasa kompetitif ini membuat kita merasa insecure atau rendah diri karena merasa tidak seproduktif orang lain. Akibatnya, kita merasa harus lebih produktif dan bekerja keras melampaui orang lain. Hal tersebut tentu tidak baik karena pikiran kita akan tertekan sehingga kita tidak bisa menghargai diri sendiri.
2.Merasa bersalah jika beristirahat
Toxic productivity akan membuat seseorang terobsesi untuk produktif sehingga merasa bersalah jika tidak melakukan sesuatu. Bahkan, toxic productivity dapat membuat seseorang bangga dengan jam kerjanya yang lama dan minimnya waktu istirahat.