Di era globalisasi, Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk merosotnya rasa patriotisme di kalangan pemuda. Modernisasi telah membawa perubahan signifikan yang berdampak pada melemahnya nilai-nilai patriotisme yang dulunya kuat, seperti yang terlihat pada gerakan mahasiswa tahun 1998. Kini, sikap apatis di kalangan mahasiswa semakin mengkhawatirkan. Jika keadaan ini dibiarkan, maka masa depan tanah air akan terancam. Korupsi di Indonesia akan semakin mendarah daging dan menjadi budaya yang dinormalisasi oleh rakyat, seiring dengan hilangnya semangat patriotisme.
Patriotisme adalah rasa cinta, kebanggaan, dan loyalitas terhadap negara atau tanah air. Ini mencakup dukungan terhadap nilai-nilai, budaya, dan prinsip-prinsip yang dipegang oleh negara tersebut (Rangkuti, 2023). Patriotisme bertujuan untuk mempertahankan dan mencintai tanah air. Tanpa pelestarian semangat ini, nasib bangsa Indonesia akan semakin suram, dengan perpecahan yang semakin meluas dan korupsi yang menghancurkan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, menumbuhkan jiwa patriotisme pada pemuda adalah sebuah keharusan untuk menjaga masa depan Indonesia.
Akhir-akhir ini, pendidikan vokasional hanya berfokus kepada penguasaan keterampilan teknis semata demi meningkatkan profesionalitas kerja, tanpa mempertimbangkan aspek-aspek lain yang penting, seperti patriotisme dan pengembangan karakter.
Alasan terpenting mengapa jiwa patriotisme sangat penting di kalangan pemuda, khususnya mahasiswa vokasi adalah sebab, kesadaran patriotisme merupakan fondasi penting dalam membangun negara yang kuat dan berdaulat. Tanpa kesadaran ini, sulit bagi generasi muda vokasi untuk merasa terikat dengan bangsa dan negara, sehingga mereka cenderung mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok di atas kepentingan nasional.
Sebagai contoh konkret, mahasiswa vokasi cenderung memiliki sifat individualistis. Jika dibiarkan, maka sama seperti pemuda-pemuda lain, mereka akan menjadi acuh tak acuh kepada isu-isu kenegaraan di Indonesia. Padahal mahasiswa merupakan garda terdepan bagi masyarakat apabila terjadi ketidakadilan dalam pemerintahan ini. Jika banyak mahasiswa yang acuh tak acuh, maka bagaimanakah nasib negeri ini??
Penetrasi budaya asing yang terjadi akibat modernisasi seringkali menjadi faktor menurunnya semangat kebangsaan di kalangan mahasiswa. Mereka lebih banyak terpapar oleh budaya asing melalui media sosial dan internet. Dan hal ini sering kali mempengaruhi pandangan mereka tentang identitas nasional. Akibatnya, mereka cenderung apatis terhadap nasib bangsa yang nantinya berada di tangan mereka.
Maka dari itu, untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan integrasi nilai-nilai patriotisme dalam program pendidikan vokasional. Pendidikan vokasional tidak hanya harus membekali siswa dengan keterampilan teknis yang diperlukan dalam industri, tetapi juga harus membentuk karakter mereka agar menjadi warga negara Indonesia dengan rasa patriotisme yang tinggi. Hal ini juga akan berdampak positif bagi bangsa Indonesia. Apalagi jika mahasiswa tersebut memiliki potensi yang hebat untuk berkarya, maka perwujudan Indonesia emas 2045 berdasarkan tujuan SDG's akan lebih mudah tercapai.
Salah satu cara untuk mengintegrasikan nilai patriotisme dalam pendidikan vokasional adalah dengan menggabungkan kurikulum keterampilan dengan pendidikan kewarganegaraan. Sebagai contoh, dalam setiap program pelatihan, selain memberikan materi teknis, diberikan pula materi mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia, nilai-nilai Pancasila, dan pentingnya menjaga kedaulatan negara.Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya memperoleh ilmu untuk menjadi tenaga kerja yang terampil, tetapi juga memahami peran mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Selain itu, alangkah baiknya pada program MBKM, kurikulum memberlakukan kewajiban untuk melakukan kegiatan PENGMAS, atau pengabdian masyarakat kemudian baru kegiatan lainnya. Sehingga mereka bisa menerapkan perilaku patriotisme dengan lebih efektif, selain memperoleh ilmu.
Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Pemerintah memiliki peran penting dalam menyusun kebijakan yang mendukung integrasi pendidikan keterampilan dan patriotisme. Pemerintah dapat mengeluarkan regulasi yang mewajibkan institusi pendidikan vokasional untuk menyertakan nilai-nilai kebangsaan dalam kurikulumnya.
Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan dukungan berupa fasilitas dan pendanaan untuk program-program yang bertujuan membangun kesadaran patriotik di kalangan pemuda.
Di sisi lain, pemuda Indonesia juga harus berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran patriotisme. Mereka harus memahami bahwa patriotisme bukan hanya soal mencintai negara, tetapi juga soal bagaimana mereka berkontribusi dalam membangun bangsa. Keterlibatan pemuda dalam berbagai kegiatan sosial, kepemudaan, dan kewirausahaan yang berorientasi pada kepentingan nasional bisa menjadi langkah awal dalam menumbuhkan semangat kebangsaan.