Lihat ke Halaman Asli

Caketum Golkar Mesti Sanggup Merespon Pemilih Golongan Muda

Diperbarui: 16 Maret 2016   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: tempo.co"][/caption]

Momen yang sangat pas ketika Bapak BJ Habibie kembali angkat bicara untuk regenerasi Ketua Umum (Ketum) Golkar sekaligus sebagai upaya menengahi kisruh internal partai. Pada Rapimnas Golkar bulan Januari lalu, Bapak Habibie untuk kesekian kalinya menegaskan bahwa estafet kepemimpinan harus digulirkan ke tangan generasi muda.

Ucapan-ucapan tegas beliau memberi pengaruh besar pada arah kontestasi Munaslub mendatang. Sejumlah tokoh senior pun mengamini pernyataan Bapak Habibie bahwa tokoh yang sepatutnya menjadi Ketum Golkar nanti adalah pada golongan usia di bawah 60 tahun.

Pesan-pesan Bapak Habibie selaku tokoh senior Golkar tersebut sangat kontekstual, sejalan dengan kondisi elektorat di Indonesia saat ini. Di mana jumlah potensi pemilih muda yang dapat mencapai angka sangat besar, yaitu hingga 40% jumlah penduduk.

Setiap tahun jumlah pemilih muda di Indonesia terus bertambah. Jumlah yang cukup besar ini memiliki level dinamika yang berbeda dengan tipe-tipe pemilih sebelumnya. Golkar sebagai partai senior paska Munas nanti haruslah dapat membenahi struktur kepartaian yang dapat berdampingan dengan kelompok pemilih muda tersebut.

Apalagi di tengah krisis kepercayaan publik pada partai politik saat ini. Pemilih-pemilih muda adalah segmen yang rentan terdampak oleh kisruh dan persoalan dari kasus-kasus yang melibatkan orang-orang partai. Sehingga pada kalangan ini tidak muncul perasaan terhubung dengan hasil positif pesta demokrasi yang kemudian membiakkan perasan tak acuh. “Memilih atau tidak, toh hasilnya sama saja.”

Terus tingginya angka golput memang merupakan salah satu efek nyata dari berjaraknya peran partai terhadap anak-anak muda tersebut. Pemilih muda cenderung melihat bahwa tokoh-tokoh politik lama tidak kunjung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan.

Dari sudut pandang ini Golkar pertama sekali dapat meraih kembali posisinya di dalam pemilu jika berhasil menggalang kepercayaan pada segmen anak muda ini. Meraih kepercayaan kelompok pemilih pemula berarti meningkatkan elektabilitas partai sekaligus mengurangi angka golput. Ini adalah tantangan bagi Golkar untuk menghidupkan dan menyehatkan kembali setiap gelaran demokrasi yang ada.

Maka pemilihan Ketum pada Munas pun harus disesuaikan dengan tuntutan perubahan zaman. Gaya-gaya lama terbukti menimbulkan sikap apatis yang kemudian berkembang menjadi sikap apolitis pada kelompok pemilih yang sesungguhnya potensial. Sistem penyeleksian ketua nanti hendaknya responsif terhadap isu ini.

Ditambah dengan maraknya partai-partai baru yang saat ini banyak menyasar anak-anak muda. Golkar semestinya dapat menunjukkan jati diri sebagai partai senior yang lebih akseleratif dan ramah terhadap semua golongan. Bisa menjadi rumah bagi setiap golongan, terutama sekali golongan yang berkarya.

Di antaranya dengan menghadirkan tokoh muda yang handal secara politik sekaligus bermoral tinggi, tidak tercela oleh kasus-kasus hukum. Tokoh yang bersih dan memperlihatkan gaya berpolitik yang santun. Damai dan dapat merangkul semua pihak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline