Jumlah pemilih muda yang menjadi pemilih pada pemilu 2024 menjadi kategori yang sangat strategis untuk mendulang suara bagi para politisi. Suara pemilih muda seringkali disebut-sebut sebagai kunci untuk memenangkan pemilu 2024.
Ada beberapa hasil kajian yang menunjukan bahwa anak muda cenderung skeptis terhadap politik khususnya terhadap pemilu dan kandidatnya, namun tidak berarti anakmuda merasa pesimistis terhadap pendidikan politik dan program program yang transformatif berbasis digital.
KPU RI Telah Menetapkan menetapkan DPT sebanyak 204.807.222 jiwa. Dari jumlah itu, 52 persen diantaranya merupakan pemilih muda (tempo.co)
Usia < 17 tahun: 0,003 persen atau 6.697
Usia 17-30 tahun: 31,23 persen atau
63.953.031
Usia 31-40 tahun: 20,70 persen atau 42.398.719
Usia 40 >: 48,07 persen atau 98.448.775 (KPU RI)
Hasil survei CSIS itu menyatakan karakter calon pemimpin di 2024 di mata anak muda mengalami perubahan dibanding 2019 lalu. Hanya dalam lima tahun, sudah tampak perbedaan yang signifikan mengenai hal ini. Anak muda cenderung menyukai calon presiden dengan karakter jujur dan antikorupsi. Presentasenya mencapai 34,8 persen. Padahal di 2019 lalu, karakter ini hanya 11,1 persen.
Pergeseran tersebut diasumsikan terjadi karena meningkatnya ketertarikan anak muda terhadap isu-isu korupsi dan kebutuhan untuk mengedepankan agenda-agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi ke depan," mengutip hasil riset CSIS. Hasil survey CSIS menyatakan ada tiga point utama yang di minat anakmuda Di antaranya mampu membuat perubahan (28,7 persen), bisa memimpin saat krisis (21 persen) dan inovatif dalam menerbitkan kebijakan (14,8 persen).
Melansir opini yang sampaikan oleh Peneliti dari Puskapol UI (Fuadil Ulum) ada Kecenderungan yang diakibatkan karena sempitnya ruang masyarakat untuk melakukan ekspresi sehingga seakan-akan pemilu menjadi satu-satunya saluran aspirasi yang ada, padahal jika kita berbicara soal Demokrasi Partisipasi masyarakat khususnya anakmuda sangat amat dibutuhkan bukan saja hanya ketika momentum tahun politik.