Lihat ke Halaman Asli

Deflasi vs Inflasi: Apa Sih yang Sebetulnya Kita Inginkan?

Diperbarui: 9 Oktober 2024   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Dalam beberapa tahun terakhir, kata-kata "deflasi" dan "inflasi" menjadi sangat umum di telinga masyarakat, terutama di kalangan para ekonom dan pengamat keuangan. Kedua istilah ini sering kali menjadi sorotan utama ketika membahas kondisi ekonomi suatu negara. Namun, sayangnya, baik deflasi maupun inflasi sering kali dipandang negatif. Lalu, apa sebenarnya yang diharapkan oleh para ahli ekonomi dan pengambil kebijakan? Mari kita simak lebih dalam.

Deflasi, yang didefinisikan sebagai penurunan umum dalam harga barang dan jasa, sering kali dianggap sebagai ancaman bagi perekonomian. Ketika harga barang turun, konsumen mungkin menunda pembelian dengan harapan harga akan turun lebih jauh. Ini dapat menyebabkan penurunan permintaan yang lebih besar, yang pada gilirannya dapat memicu pengurangan produksi dan pemutusan hubungan kerja. Dalam jangka panjang, deflasi dapat menyebabkan resesi yang berkepanjangan dan tantangan bagi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, banyak ekonom berpendapat bahwa deflasi adalah keadaan yang harus dihindari.

Di sisi lain, inflasi, yang merujuk pada peningkatan umum harga barang dan jasa, juga sering kali dicap buruk. Inflasi yang terlalu tinggi dapat menggerogoti daya beli masyarakat; barang-barang yang dulunya terjangkau tiba-tiba menjadi mahal. Ini dapat menyebabkan ketidakpuasan di kalangan masyarakat, terutama bagi mereka yang memiliki pendapatan tetap. Selain itu, inflasi juga dapat menciptakan ketidakpastian dalam pasar, yang membuat investasi menjadi lebih berisiko.

Lantas, di tengah ketidakpastian antara deflasi dan inflasi, apa yang sebenarnya diinginkan oleh para ahli ekonomi? Jawabannya adalah stabilitas harga. Ekonom idealnya menginginkan situasi di mana inflasi tetap berada dalam kisaran yang sehat, biasanya antara 2% hingga 3% per tahun. Dalam kondisi ini, harga barang dan jasa meningkat secara moderat, yang mendorong konsumen untuk terus berbelanja tanpa rasa takut kehilangan daya beli mereka. Ini juga memberikan ruang bagi perusahaan untuk berinvestasi dan memperluas usaha mereka.

Namun, mencapai stabilitas harga bukanlah hal yang mudah. Negara-negara harus mampu mengelola kebijakan moneter dan fiskal dengan hati-hati. Bank sentral, misalnya, harus memantau inflasi dan menerapkan suku bunga yang tepat untuk mendorong pertumbuhan tanpa menimbulkan inflasi yang berlebihan. Di sisi lain, pemerintah juga perlu menyusun kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan ekonomi, seperti investasi dalam infrastruktur dan pendidikan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas.

Dalam konteks global, ketidakpastian juga dapat memengaruhi stabilitas harga. Krisis kesehatan seperti pandemi COVID-19 yang baru saja kita lalui, misalnya, telah mengganggu rantai pasokan dan menyebabkan fluktuasi harga yang tajam. Di satu sisi, kita melihat lonjakan harga barang-barang tertentu akibat kekurangan pasokan, sementara di sisi lain, ada penurunan harga barang-barang lain yang tidak lagi diminati. Ini menambah kerumitan bagi para pembuat kebijakan dalam merumuskan langkah-langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi.

Untuk masyarakat umum, penting untuk memahami bahwa inflasi dan deflasi bukanlah sekadar angka-angka yang dihasilkan oleh grafik ekonomi. Keduanya memiliki dampak langsung pada kehidupan sehari-hari kita. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli kita, sedangkan deflasi dapat menyebabkan ketidakpastian dan ketakutan dalam pengeluaran. Oleh karena itu, memiliki pemahaman yang lebih baik tentang keduanya dapat membantu kita dalam merencanakan keuangan pribadi kita dengan lebih bijak.

Sebagai penutup, tidak ada jawaban pasti tentang apa yang "diinginkan" dalam konteks ekonomi. Namun, jelas bahwa stabilitas harga merupakan kunci untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat. Para pembuat kebijakan, ekonom,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline