Lihat ke Halaman Asli

Hewan Peliharaan Kami Zaman Dulu yang Sekarang Tinggal Cerita

Diperbarui: 8 April 2021   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hewan peliharaan (Sumber : Pixabay.com)

Saya hanya akan bercerita masa senang dahulu ketika bisa bermain dengan kucing, ayam, angsa dan kelinci,  ya hanya binatang kampung yang bagi saya dan saudara saya itu sangat lucu. 

Pekarangan yang luas, ditanami pepohonan yang penuh manfaat,  ada randu, lamtoro, kelor,  asem jeruk nipis, pisang, kelapa. Dipagari pohon bambu yang sampai sekarang tinggal itu yang tersisa.

Dari memelihara sepasang ayam (pitik walik) kata orang jawa karena bulunya keriting. Hingga semua ayam mati karena kuman, tinggal satu ayam yang hidup dengan tanpa bulu.  Ha ha ha saya gendong-gendong tidak ada kata jijik,  saya jadikan mainan ayamnya manut saja. 

Belum lagi angsa,  sepasang angsa hingga menjadi 25 ekor.  Dan hilang dalam semalam sak telor-telornya dicuri maling. Tersisa seekor anak angsa yang kami panggil Thithi.  

Kelinci angora yang kami piara sejumlah 20 ekor tinggal satu kami beri nama Beni. Dan kucing kami yang gesit bernama Memet berwarna hitam pekat

Seperti dongeng,  ya! rumah kami dulu seperti rumah dongeng, berdinding kayu beralas tatanan batu bata dan tanah di dapurnya, dengan banyak hewan piaraan. 

Layaknya mainan hewan-hewan itu,  semua kami ajak bermain di dalam rumah, lucu.  Apa lagi si Memet di suka sekali naik naik ke lemari hingga pernah digoda kakak diletakkan di atas lampu ting,  dan kami foto sungguh lucu.  

Memelihara binatang kesayangan mengajari kami untuk belajar bertanggung jawab.  Mencari rumput buat kelinci, mengaduk dedak untuk ayam dan angsa, mengurap nasi dengan ikan asin untuk kucing.  Belum lagi membersihkan kandang juga membuang kotorannya. 

Orang tua kami tidak sampai berkata berulang kali, memberi contoh sekali kamipun mengerti jadwal yang harus kami lakukan, bergantian dengan kakak. Tapi rasanya seperti lebih banyak saya deh yang kasih makan hewan-hewan itu.

Kalau mereka sakit kami tangisi apalagi kalau mati. Pengalaman menyenangkan memelihara binatang hanya menjadi cerita untuk anak-anak.  Karena mereka tidak bisa merasakan seperti yang saya alami dulu. 

Saat ini rumah kami sempit tak ada pekarangan yang luas.  Untuk memelihara kucingpun sudah tak mungkin lagi.  Pernah memelihara burung,  eh terbang menghilang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline