Lihat ke Halaman Asli

Sutrah dari Syakila

Diperbarui: 20 April 2022   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Selasa 19 April 2022. Ba'da tarawih.

Malam itu, setiba di salah satu masjid, gadis kecil kira-kira berusia 7-8 tahun duduk di teras masjid. Ia mengenakan mukena warna hijau tosca bordir. Tampak sedang asik memainkan karet di tangannya.

Sebagian jamaah sudah mulai keluar, pertanda tarawih 8 baru selesai. Dua shaf tersisa, kurang lebih 20 jamaah untuk melanjutkan tarawih hingga 23 raka'at. Saya sedikit terlambat, sebelum shalat tarawih berjemaah, saya memutuskan shalat Isya terlebih dahulu.

Saya berdiri di dekat tiang penyangga dalam masjid, terpisah dengan shaf lain. Sesaat setelah takbiratul ihram, gadis kecil tadi bangkit dari duduknya, lalu berdiri tepat dihadapan saya. Membuat shalat jadi tidak khusyuk.

Dengan wajah polos, dia terus menatap ke arah saya. Kemudian tepat di rakaat kedua, tiba-tiba dia meletakkan sutrah atau pembatas shalat yang terbuat dari kayu di depan saya.

"Om tarok ini ya, biar gak ada yang lewat," ucapnya lugu. Lalu memutar arah ke belakang saya.

Gadis kecil itu tampak paham betul cara menghormati orang yang sedang shalat. Saya jadi mengerti alasan dia berdiri di depan dan memperhatikan saya shalat.

Begitu selesai shalat Isya saya memutuskan untuk mengobrol sejenak dengan suara kecil seperti orang berbisik. Karena shaf pertama dan kedua masih mendirikan salat tarawih.

"Lagi nunggu siapa," tanya saya.

"Nunggu Abi," jawabnya.

"Umurnya berapa,".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline