Kisah nyata, Jumat, 29 April 2022.
***
Saya, Maskur dan Hamzah memasuki mobil penumpang minibus jenis Mitsubishi L300 warna putih. Kami duduk di bangku deretan belakang sopir. Maskur duduk disebelah kanan saya dan Hamzah duduk di kiri.
Barang perlengkapan selama selama mudik sudah ditumpuk di kursi paling belakang. Siang ini kami bertiga akan balik ke Bireuen, Aceh dari Kota Banda Aceh.
Mobil L300 meluncur di jalan aspal yang kering, meninggalkan kota gemilang. Siang itu, seperti siang biasanya. Cuaca Kota Banda Aceh begitu panas. Hilir mudik kiri kanan jalan begitu padat.
Banda Aceh - Bireuen memiliki jarak tempuh kurang lebih 219 kilometer per jam atau 4-5 jam perjalanan darat menggunakan sepeda motor atau mobil. Terpisah oleh dua kabupaten yakni Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Pidie.
"Lima menit lagi kita tiba di Toko Tradisi Aceh, Insya Allah," ujar sopir L300. Maskur dan saya berencana akan membeli emping.
Toko itu terlihat sangat rapi, beragam jajanan khas Aceh disusun di rak yang menempel. Kopi Gayo, Pisang Sale khas Aceh dan berbagai jenis jajanan khas lainnya, termasuk emping.
"Kur, kamu bawa uang cash tidak?," tanya saya.
"Tidak Mar, saya rencana mau minta pinjam sama kamu dululah ini," jawab Maskur.