Negara Republik Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah ruah untuk dapat diolah sebagai sumber energi terbarukan, akan tetapi pembangunan energi terbarukan sebagai sumber energi sehari-hari belum menjadi prioritas, padahal potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 432 gigawatt.
Untuk itu, tentukan masa depan Indonesia dengan transisi energi mulai dari sekarang. Indonesia harus memulai untuk mengakselerasi transisi energi (energi terbarukan) untuk menuju Indonesia Net-Zero Emissions.
Sampai dengan tahun 2019, lebih dari 90 persen pasokan energi primer di Indonesia berasal dari minyak bumi, batu bara, dan gas. Sementara itu, hanya sekitar delapan persen bersumber dari energi terbarukan.
Di sektor kelistrikan saja lebih dari 85 persen pasokan listrik di Indonesia pasti berasal dari energi fosil, padahal Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang mencapai 432 gigawatt atau delapan kali dari total kapasitas pembangkit terpasang saat ini. Namun, hanya 10,3 gigawatt energi terbarukan yang sudah dimanfaatkan secara komersial hingga saat ini.
Tren global terhadap energi terbarukan terus meningkat dan tumbuh secara signifikan dalam satu dekade terakhir. Namun di Indonesia, rata-rata laju penambahan kapasitas terpasang energi terbarukan dalam satu dekade terakhir hanya di kisaran 334 megawatt per tahun.
Berbeda dengan negara Vietnam, mereka laju penambahannya mencapai 1745 megawatt per tahun. Negeri kita masih sangat jauh tertinggal dengan Vietnam. Maka, kini saatnya kita bersinergi untuk masa depan menuju Indonesia Net-Zero Emissions.
Mengapa Indonesia harus memulai untuk mengakselerasi transisi energi terbarukan sekarang?
Biaya Pembangkitan
"Keekonomian energi terbarukan yang semakin kompetitif."
Tren global membuktikan biaya pembangkitan energi listrik dari energi terbarukan semakin kompetitif.