Konferensi Asia Afrika (KAA) terbentuk akibat adanya sebuah tarik-menarik kepentingan dua blok besar di dunia yakni, blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet saat terjadinya perang dunia ke II. Saat itu, Asia yang terdiri dari negara-negara jajahan bermaksud untuk tidak memihak kepada kedua blok tersebut dan membentuk gerakan non-blok yang diprakarsai oleh lima Negara, yakni Pakistan, India, Indonesia, Srilangka dan Myanmar.
Atas dasar rasa senasib dan solidaritas yang tinggi Asia-Afrika yang kemudian terwujud melalui sebuah forum Konferensi Asia-Afrika yang dilaksanakan di Bandung pada tanggal 19-24 April 1955. KAA adalah forum konsolidasi pertama di dunia yang mempertemukan negara-negara terjajah dan baru merdeka, dengan prinsip dan semangat yang mulia, untuk Membebaskan diri dari cengkraman kolonialisme dan melawan Neo-kolonialisme, membangun kedaulatan, menciptakan kesejahteraan dan memerangi kemiskinan, serta membangun solidaritas dan kerjasama internasional yang adil dan setara. Semangat KAA sejatinya merupakan bentuk solidaritas negara-negara di wilayah Asia Afrika dalam memperjuangkan serta mempertahankan kemerdekaanya. melawan segala bentuk dominasi dan kontrol asing yang merupakan perwujudan dari Neokolonialisme dan Imperialisme gaya baru.
Akan tetapi semangat KAA dulu berbeda dengan sekarang. Sebabnya, KAA saat ini sudah melenceng dari semangat KAA yang dibentuk pertama kalinya, dimana KAA saat itu lahir dengan semangat yang sama dalam melawan pejajahan dikala itu. KAA saat ini, bukan untuk melawan bahkan membangun negeri-negeri di Asia dan Afrika menuju kesejahteraan dalam hal ekonomi. Melainkan, forum tersebut digunakan sebagai sebuah ajang konsolidasi Corporate-corporate internasional yang akan melahirkan penjajahan gaya baru. Sekarang dunia berada pada satu kekuatan tunggal yaitu dimana dunia berada dibawah dominasi kekuatan AS.
Dari ha-ha- di atas dapat disimpulkan bahwa Peringatan KAA telah jauh melenceng dari latar belakang terbentuknya solidaritas negara-negara Asia Afrika yang anti imperialisme dan kolonialisme. KAA telah menjadi forum untuk membahas skema investasi dan pembangunan yang akan dijalankan kapitalisme monopoli Amerika Serikat secara masif di negara-negara Asia Afrika. Maka kemerdekaan, kemandirian dan kedaulatan Rakyat Asia Afrika hanyalah sekedar slogan belaka dari peringatan KAA 2015. Tetapi momentum adalah momentum yang tepat untuk menyerukan solidaritas internasional dan persatuan rakyat, menuju gerakan pembebasan nasional melawan dominasi kapitalisme monopoli dan pemerintahan-pemerintahan boneka di berbagai negeri.
Tentunya kita sebagai bangsa indonesia menyerukan, agar peringatan Konfrensi Asia-Afrika tidak sekadar menjadi selebrasi tanpa makna. KAA jangan hanya jadi pertemuan yang sekadar membuat kesepakatan-kesepakatan kerjasama yang tidak bisa menjangkau rakyat dan mengakibatkan bertambahnya kekayaan negara-negara yang sudah kaya. Atau bahkan sebaliknya menjadi forum bagi negeri-negeri kolonial yang sebanarnya merupakan kaki tangan barat atau pihak yang punya kepentingan di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H