Lihat ke Halaman Asli

Tahu Sama Tahu

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik


Coddots… (Nimbrung dalam bahasa Bugis/Makassar))
Kasus suap Sesmenpora semakin hari semain heboh, seiring dengan memanasnya serangan Muhammad Nasaruddin kepada Anas Urbaningrum. Kalau saya sih percaya tidak percaya saja, raut mukanya semua pada meyakinkan, sulit diduga siapa yang benar, siapa yang salah, yang jelas salah satunya pasti ada yang berbohong, itu yang pasti.

Tapi kalau berbicara modus garap-menggarap proyek, terutama proyek pemerintah (APBD & APBN) umumnya seperti yang “dinyanyikan” Nasaruddin. Umumnya pemenang tender udah ketahuan sebelum tender, orangnya pejabat inilah, kadis inilah, bupati/walikota inilah, pokoknya tender diatur or istilah umumnya tender diarahkan (lebih dihaluskan). Makanya tidak mengherankan orang-orang di daerah2 pada berebutan jadi kontraktor/konsultan. Istilah dosen saya dulu “Kontraktor Musiman” yah mumpung keluarga, kerabat, kenalan jadi pejabat. Sayangnya persekongkolan/kongkalikong seperti itu susah dibuktikan. Aih, andaikata kepolisian membentuk juga Densus Anti Koruptor dan bekerja “cekatan” seperti Densus 88, saya yakin bakalan overload “Hotel Prodeo” dengan Pejabat penting (Panitia Lelang, PPTK/Pimpro, Kadis, Bupati/Walikota, Gubernur (mungkin), Kontraktor, Konsultan dll. Wah-wah… bakalan habis deh pejabat kita
Tambahan, Pelaku sektor jasa konstruksi, utamanya proyek pemerintah adalah salah satu profesi yang paling menggiurkan diukur dari keuntungan yang bisa didapatkan. Kompasioner mungkin banyak yang jauh lebih mengerti daripada saya. Coba dibayangkan, menggarap satu paket Jalan Hotmix, rata-rata keuntungan tidak kurang dari 30-40%, parahnya hampir semua RAB Real Cost dari EE (Engineer Estimate) diolah, “dielus2 disana sini” dan Jreng OE (Owner Estimate) bengkak sebesar 25-45%. Dengar2 gosipnya sih buat fee mulai dari panitia lelang (5%), sampe ke atas2nya. Makanya jangan heran pekerjaan2 kontraktor2 lokal di daerah jarang berkualitas memuaskan. Cerita ini denger2 sih dari temen2 yang berprofesi seperi itu. Boleh dipercaya boleh tidak..
Wallahualam bissawab..

Sayangnya semuanya itu tidak lebih daripada “Kisah 1001 Malam” percaya tidak percaya tapi tahu sama tahu, sssh tidak bisa disebut-sebut (Kayak Lord Voldemort saja dalam cerita Harry Potter). Hmm, mau dibawa kemana hubungan eh negara tercinta ini.
Sejujurnya yang menyedihkan ternyata kita adalah bangsa sinetron lagi pelupa. Bangsa yang senang dipermainkan secara emosional seperti jalinan cerita sinetron. Kita mudah terjebak alur cerita roman picisan. Bangsa kita mudah simpati kepada tokoh yang terkesan baik hati lagi teraniaya. Penilaian subjektifitas sering dan sangat sering kita jumpai, apalagi dalam dinamika politik. Kita mudah terkesan oleh citra. Mungkin sekarang sebagian besar dari kita sudah menaruh simpati kepada Nasarudddin. Saya hanya berharap semoga simpati itu berbuah manis bagi bangsa ini, tidak berakibat fatal. Moga-moga kejadian ini bisa membawa negara kita ke arah yang lebih baik. Kita sudah terlalu sering melewatkan momentumyang tepat untuk memutus rantai korupsi. Belum selesai satu kasus besar, muncul lagi kasus yang lain. Lucunya kita sering melupakan kasus lama.

Hmmmm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline