Lihat ke Halaman Asli

Kamalia Purbani

Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Menjalani Proses Berduka

Diperbarui: 22 September 2022   13:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menjalani Proses Berduka: Berdo'a, Menulis dan Berbicara pada Diri Sendiri

Kehilangan seorang ibu dalam kehidupanku, menyisakan kesedihan dan luka yang dalam. Banyak orang mengatakan, hanya waktu yang akan menyembuhkan. Faktanya, serratus hari sudah terlewati, namun kesedihan itu masih lekat. Ada kalanya bahkan meningkat saat berjuta kenangan bersamanya sejak masih kecil sampai usia setua ini. Semua seakan flash back dalam fikiranku, bagai memutar sebuah film panjang yang berulang-ulang.

Memahami proses berduka

Dalam referensi literatur dijelaskan berbagai teori tentang tahapan proses berduka (grieving process) mulai dari: penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan akhirnya penerimaan. Namun tampaknya perlu diingat bahwa proses berduka dapat menjadi rumit, dan tidak sama untuk semua orang.

Psikolog legendaris John Bowlby memfokuskan karyanya untuk meneliti keterikatan emosional antara orang tua dan anak. Dari sudut pandangnya, pengalaman awal keterikatan dengan orang-orang penting dalam hidup kita, seperti pengasuh, membantu membentuk rasa aman, aman, dan koneksi kita.

Psikiater Inggris Colin Murray Parkes mengembangkan model kesedihan berdasarkan teori keterikatan Bowlby, menyarankan ada empat fase berkabung ketika mengalami kehilangan orang yang dicintai:

Syok dan mati rasa: Kehilangan pada fase ini terasa mustahil untuk diterima. Paling dekat dengan tahap penolakan Kbler-Ross, kita merasa kewalahan saat mencoba mengatasi emosi kita.

Kerinduan dan pencarian: Saat kita memproses kehilangan dalam fase kesedihan ini, kita mungkin mulai mencari kenyamanan untuk mengisi kekosongan yang ditinggalkan orang yang kita cintai. Kita mungkin melakukan ini dengan menghidupkan kembali ingatan melalui gambar dan mencari tanda-tanda dari orang tersebut untuk merasa terhubung dengannya.

Keputusasaan dan disorganisasi: Kita mungkin mendapati diri kita bertanya-tanya dan merasa marah dalam fase ini. Kesadaran bahwa orang yang kita cintai tidak kembali terasa nyata, dan kita dapat mengalami kesulitan memahami atau menemukan harapan di masa depan kita.

Reorganisasi dan pemulihan: Pada fase ini, kita merasa lebih berharap bahwa hati dan pikiran kita dapat dipulihkan. Seperti halnya tahap penerimaan Kbler-Ross, kesedihan atau kerinduan terhadap orang yang kita cintai tidak hilang. Namun, mulai bergerak menuju penyembuhan dan berhubungan kembali dengan orang lain untuk mendapatkan dukungan, menemukan cara-cara kecil untuk membangun kembali beberapa keadaan normal dalam kehidupan sehari-hari.

Mengapa kematian seorang ibu begitu sulit bagi kebanyakan orang?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline