Lihat ke Halaman Asli

Kamalia Purbani

Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Penyebab Keputusasaan Seorang Ibu

Diperbarui: 26 Maret 2022   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kasus ibu membunuh anak kandung yang terjadi baru-baru ini di Brebes, membuka kembali kasus-kasus lama yang serupa di berbagai kota. Harian Kompas mengidentifikasi setidaknya ada 5 kasus serupa selama beberapa tahu terakhir ini.

Kasus serupa pernah terjadi juga di Kota Bandung sekitar 15 tahun lalu. Menurut informasi dari media, peristiwa itu terjadi karena sang ibu merasa dirinya kosong, tidak berguna, membenci diri sendiri dan kebencian itu kemudian ditumpahkan kepada anak-anaknya karena dia merasa takut gagal membesarkan anak-anaknya

Sebagai seorang ibu, peristiwa tersebut selalu berhasil mengaduk-aduk perasaanku. Sedih, miris, prihatin, dan entah apa lagi yang berkecamuk. Semuanya bercampur. Ingin mengulik sebetulnya penyebab utama dari tindakan tersebut. Bagi seorang ibu, anak adalah belahan jiwa, kasih sayang kepada anak tanpa batas. Kita rela melakukan apa saja untuk membahagiakannya. Ketika seorang ibu tega melakukan hal tersebut, berarti ada sesuatu hal prinsip yang mendasarinya.

Seorang psikolog bernama Ratih (Direktur Personal Growth) menyatakan kepada Antara bahwa perbuatan ibu tersebut sebagai manifestasi dari rasa keputusasaan, frustrasi, hingga kemarahan. Dari beberapa sumber putus asa dapat diartikan sebagai suatu emosi atau perasaan yang ditandai dengan kurangnya harapan, optimisme, dan gairah. Seseorang yang mengalami kondisi ini seringkali tidak memiliki harapan dalam hidup, atau sudah menyerah dengan keyakinannya untuk berubah menjadi lebih baik atau sukses di masa depan.

Beberapa gejala orang yang mengalami putus asa diantaranya adalah: merasa tidak berharga, kurang motivasi, kepercayaan diri rendah, kurang minat, sering merasa kelelahan, kekebalan tubuh berkurang, hilang nafsu makan, susah tidur, kurang peduli dengan penampilan dan kebersihan, melukai diri sendiri, menggunakan zat terlarang dan seringa ada keinginan dan upaya bunuh diri.

Menjadi seorang ibu itu tidak mudah tanpa dukungan dari pasangannya. Masih banyak keluarga yang menyerahkan pekerjaan parenting serta urusan domestik rumah tangga hanya kepada istri, sementara kebanyakan masih ada suami yang kurang peduli. Hal ini bisa jadi karena kontruksi  budaya, dimana di Indonesia laki-laki kebanyakan tidak dididik untuk mengurus pekerjaan rumah tangga atau terlibat banyak dalam pengasuhan dan pendidikan anak.

Menurut pendapat saya, dalam konteks seorang perempuan yang menjadi ibu, kondisi keputusasaan, frustrasi hingga kemarahan akan semakin memburuk pada saat:

  • Pasangan hidup tidak peduli dan membiarkannya sendirian menyelsaikan masalahnya tanpa mendukungnya, bahkan "melarikan diri" dengan kesibukan
  • Pasangan hidup atau orang-orang terdekatnya tidak memahami kondisinya bahkan menghakimi bahwa dirinya kurang mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan banyak dosa
  • Tidak memiliki "support system" lain (misalnya keluarga, sahabat atau orang-orang dekat lainnya) yang mampu memberikan dukungan yang bisa membesarkan hatinya

Mayoritas seorang suami merasa sudah memenuhi kewajibannya dengan sudah memberikan nafkah lahir berupa uang belanja, rumah dan nafkah batin (yang umumnya diartikan hanya sebagai hubungan suami istri). Padahal sesungguhnya nafkah batin yang sangat diperlukan oleh seorang perempuan yang juga seorang ibu adalah: rasa aman, rasa nyaman, rasa dilindungi, rasa dipedulikan, rasa dihargai, rasa persahabatan dan berbagi beban. Mungkin nafkah batin seperti itu yang akan mencegah seorang ibu menjadi putus asa dan kasus-kasus miris seorang ibu menghilangkan nyawa anaknya tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline