Lihat ke Halaman Asli

kamalahelga

mahasiswi semester 3 di universitas muhammadiyah malang

menghapus bias gender dalam keluarga menuju harmoni dan kesetaraan

Diperbarui: 5 Januari 2025   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan dan pembentukan karakter individu. Sebagai elemen penting dalam pembangunan sosial, keluarga memainkan peran utama dalam proses naturalisasi sosial, membentuk kepribadian, serta membiasakan kebiasaan baik bagi anak-anak. Dalam konteks pendidikan gender, orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik dan mengarahkan anak-anak mereka. Ketika bias gender muncul dalam keluarga, hal ini dapat mempengaruhi pola pikir anak-anak mereka di masa depan, memperkuat stereotip gender yang tidak adil, dan berkontribusi pada ketimpangan gender di masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menghapus bias gender di tingkat keluarga sebagai dasar untuk menciptakan lingkungan yang adil dan setara bagi semua anggota keluarga. Bias gender dalam keluarga sering kali muncul dalam bentuk pembagian peran yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan. Misalnya, perempuan sering dianggap sebagai pengurus rumah tangga dan pengasuh anak, sementara laki-laki lebih sering diberi peran sebagai pencari nafkah utama. Ketidakadilan gender ini dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk, seperti marginalisasi perempuan, subordinasi, stereotipe negatif terhadap perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja lebih banyak dan panjang (double burden) bagi perempuan. 

Bentuk-bentuk Bias Gender dalam Keluarga

Bias gender dalam keluarga dapat terlihat dalam beberapa bentuk yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa di antaranya adalah:

  1. Pembagian Tugas Rumah Tangga yang Tidak Seimbang
    Bias gender sering terlihat dalam pembagian tugas rumah tangga. Perempuan sering kali dibebani pekerjaan domestik seperti memasak, membersihkan rumah, dan merawat anak, sementara laki-laki sering dianggap hanya bertanggung jawab sebagai pencari nafkah utama.

  2. Stereotip Peran Gender
    Anggota keluarga sering kali dipandang melalui lensa stereotip gender, di mana laki-laki diharapkan menjadi kuat, rasional, dan pemimpin, sedangkan perempuan dianggap lebih emosional, lembut, dan berfokus pada urusan rumah tangga. Stereotip ini membatasi kebebasan individu untuk memilih peran sesuai minat dan kemampuan mereka. 

    • Pengasuhan Anak yang Tidak Setara
      Bias gender juga tercermin dalam cara orang tua mendidik anak-anak mereka. Anak laki-laki sering didorong untuk menjadi lebih mandiri dan kuat, sementara anak perempuan lebih didorong untuk memperhatikan perasaan orang lain dan mengerjakan pekerjaan rumah. Pandangan ini dapat membentuk pola pikir anak terhadap peran gender di masa depan.

    • Kurangnya Dukungan terhadap Karier Perempuan
      Bias gender dalam keluarga juga terlihat ketika perempuan kurang didorong untuk mengejar karier atau pendidikan tinggi, sementara laki-laki lebih sering didorong untuk fokus pada pekerjaan dan ambisi profesional. Hal ini memperkuat kesenjangan dalam kesempatan dan pengembangan diri antara laki-laki dan perempuan.

    • Pembatasan Pilihan Pendidikan
      Beberapa keluarga memperlihatkan bias gender dalam pemilihan jalur pendidikan atau karier anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan sering diarahkan ke bidang yang dianggap "feminin," seperti keperawatan atau pendidikan, sementara anak laki-laki lebih didorong untuk memilih bidang yang dianggap "maskulin," seperti teknik atau ilmu komputer.


    • pengasuhan Anak yang Tidak Setara
      Bias gender juga tercermin dalam cara orang tua mendidik anak-anak mereka. Anak laki-laki sering didorong untuk menjadi lebih mandiri dan kuat, sementara anak perempuan lebih didorong untuk memperhatikan perasaan orang lain dan mengerjakan pekerjaan rumah. Pandangan ini dapat membentuk pola pikir anak terhadap peran gender di masa depan.

    • Kurangnya Dukungan terhadap Karier Perempuan
      Bias gender dalam keluarga juga terlihat ketika perempuan kurang didorong untuk mengejar karier atau pendidikan tinggi, sementara laki-laki lebih sering didorong untuk fokus pada pekerjaan dan ambisi profesional. Hal ini memperkuat kesenjangan dalam kesempatan dan pengembangan diri antara laki-laki dan perempuan.

    • Pembatasan Pilihan Pendidikan
      Beberapa keluarga memperlihatkan bias gender dalam pemilihan jalur pendidikan atau karier anak laki-laki dan perempuan. Anak perempuan sering diarahkan ke bidang yang dianggap "feminin," seperti keperawatan atau pendidikan, sementara anak laki-laki lebih didorong untuk memilih bidang yang dianggap "maskulin," seperti teknik atau ilmu komputer.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline