- Entah sistem pendidikan dasar di negeri ini modelnya seperti apa. Yang jelas, Kaloka Education telah mencatat fakta di lapangan, ada siswa yang bangga diterima di sebuah SMP Negeri, namun saat diberi soal matematika 3 x 27 ternyata nggak bisa ngitung. Bahkan, kini ada catatan tambahan. Dari sebuah SD Negeri muncullah tengara ketidak-siapan pengajar Bahasa Jawa yang sangat memprihatinkan.
JUM'AT, 27 September 2013, Kaloka Education berinisiatif merekam gambar aktivitas Bunda Mamak dengan camera pinjaman. Setiap hari (Senin s/d Jum'at), seperti itulah pemandangan di rumah acakadut-nya yang beralamat di Desa Domas RT 02/ RW 01 No 21, Kecamatan Menganti, Gresik, Jawa Timur. Uyel-uyelan. Maklumlah, 'ruang tamu' berlantai plesteran itu hanya seluas 4 x 4 meter persegi. Kata "ruang tamu" dalam tulisan ini sengaja kami beri tanda petik, karena memang nyaris nggak pantas dijadikan ruang untuk njagongi tamu. Jika ada yang bertamu, Bunda Mamak selalu menyambutnya dengan jagong di badug teras rumah. Jika yang datang teman sang suami (Budi Palopo), untuk obrolan yang lumayan panjang, hampir selalu si tamu tergiring ke warung kopi. Tak ada meja-kursi yang disediakan untuk tamu di ruang berlantai jubin plesteran yang telah beretak-retak itu. Kalau toh ada tempat duduk, itu pun hanyalah sebuah kursi kayu jati yang tua dan reyot plus sebuah kursi rotan afkiran untuk si mbarep (Budi Harja Kusuma) kala butuh 'menyapa' laptop untuk menyelesaikan garapan gambar desainnya. Anak lelaki yang telah menyelesaikan pendidikan Multimedia Broad Casting PENS ITS Surabaya dengan predikat cumlaude itu pun kadang ikutan turun tangan membantu Bunda Mamak, terutama untuk mendampingi siswa yang membawa laptop saat belajar bersama di rumah Kaloka. Dialah yang memberikan petunjuk pada siswa dalam mencari contoh-contoh soal ulangan via internet; dengan jaringan ponsel berfasilitas wi-fi yang dimilikinya. Ya, di ruang yang teramat sangat sangat sangat sederhana itulah Bunda Mamak melakukan aktivitas pendampingan terhadap sejumlah siswa SD dan SMP yang ingin belajar bersama di rumah Kaloka Education. Sebagaimana telah tersebutkan di unggahan perdana, awalnya yang datang ke Bunda Mamak hanyalah dua orang. Dan, jika pada unggahan bertanggal 19 September 2013 itu tercatat telah ada 24 orang yang bergabung, kini --data 27 September 2013-- berkembang menjadi 31 orang. Lumayan ruwet memang. Tapi, bagi Bunda Mamak, nggak ada persoalan yang tidak terselesaikan. Mengingat ruang yang sangat terbatas, akhirnya aktivitas pendampingan itu dipilah menjadi dua bagian. Sebagian pilih uyel-uyelan jam 16.00, sebagian lainnya mulai setelah maghrib. Dan, untuk kerja pendampingannya, Bunda Mamak akhirnya melibatkan putra-putrinya. Galuh Budi Hadaning (mahasiswi semester akhir di IAIN Surabaya) mendapat bagian mendampingi siswa yang kemampuan konsentrasinya kurang dari lima menit. Dan, si ragil Budi Daud Sulaiman yang masih tercatat sebagai siswa SMP Negeri II Menganti, didaulat untuk mendampingi teman-temannya yang kesulitan bahasa Ingris. Untuk bahasa Jawa dan soal pelajaran lain yang nggak terselesaikan, tentu Bunda Mamak melemparkannya ke sang suami. Lumayan kompak. Dan, Bunda Mamak pun merasa enjoi melakukannya. Kalau toh ada rasa geregetan, itu karena adanya tengara guru bahasa Jawa di sebuah SD Negeri yang mengacaukan hasil pendampingannya. Kisahnya, suatu hari ada seorang siswa kelas VI SD yang terbantu untuk pelajaran bahasa Jawa. Bunda Mamak yang sering ikut meramaikan acara rutin macapat di Pendapa Agung, Trowulan, Mojokerto, setiap malem Jum'at Kliwon itu mendapat pertanyaan siswa dampingannya tentang arti kata "nyekar" dalam kalimat "lagi nyekar dandanggula". Bunda Mamak dengan pasti mengatakan bahwa kata "nyekar" dalam kalimat tersebut adalah "nembang" (melantunkan lagu macapat berirama dandanggula). Esok harinya, siswa yang terbantu menjawab pertanyaan tersebut mengaku merasa malu ditertawakan teman-teman sekelasnya. Sebab, gurunya bilang bahwa "nyekar" itu artinya bukan "nembang", tapi "ziarah". Saat itu pun Bunda Mamak merasa perlu ngelus dada. Dengan nada kelakar, wanita kelahiran Gresik 49 tahun yang lalu itu berujar menantang: "Suruh ke sini gurumu. Lha wong jelas-jelas nyekar dalam kalimat itu berarti nembang kok dirusak jadi ziarah," kelakarnya. Ah, mosok iya ada guru bahasa Jawa 'koplaaak...'?**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H