Lihat ke Halaman Asli

Empat hari aku di Ponorogo

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pengalamanku diPonorogo

1 januaryteman sayadari Mesjid Nur’Islam mengajak saya kekampung halamanya bertepatan dengan tahun baru 2014 saya berfikir ini menjadi moment yang terbaik bagi saya, saya tidak berfikir panjang lebar kata hati saya bahwa saya harus pergi dan kamipun dalam perjalanan melalui jalan yang begitu medan, tangguh dikarnakan cuaca yang sedikit kurang bersahabat sehingga perjalanan kami pun terasa sedikit melelahkan dengan jarak yang kami tempuh kurang lebih 5 jam dalam perjalanan, sesampai kami di desanya yaitu desa Kertosari jam 11:30 wit kedatangan kamipun disambut dengan baik oleh orang Tuanya mas Hartawan/ sering dipanggil Wawan, orang tuanya sangat baik memperlakukan saya seperti anaknya sendiri, ternyata yang tinggal dirumah itu Ada Budenya mas wawan dan orang tuanya, disekeliling rumah mereka pu penuh dengan beraneka macam buah-buahan, ada mangga, rambutan, klengkeng, dan banyak lagi lainya, tapi kampungnya sedikit terlihat sunyi dikarnakan para pemuda dan pemudinyabanyak yang pergi mencari Ilmu ke barbagai penjuru sehingga kampung tersebut terlihat begitu sepi, malam mulai tibah matahku pun mulai terasa mengantuk saya pun saya pun terlelap ketiduranbayang –bayang pun yang tak sedap terlintas di pandangan saya tapi itu tidak menyurutkan semangat saya dalam mencari pengalaman dan wawasan saya, tujuan saya kesana adalah untuk memper erat tali silaturahmi dan sekalian ingin mengenal berbagai macam pelosok yang ada di Ponorogo ini walaupun tidak semuanya,yang paling terpenting adalah carilah teman itu sebanyak-banyaknya dalam arti teman yang bermanfaat bagi kita yang mau berkorban dengan apa yang kita rasakan saat itudia pun ikut merasakanya, dengan demikian kita bisa mengenal negeri indonesia yang tercintah ini, sedikit demi sedikit walaupun tidak semuanya di kunjungi. Hari kedua sayapun diajak mas wawan berkunjung ke pondok modern yang sangat terkenal dipenjuru dunia khususnya di Indonesia yaitu Pondok modern Gontor ponorogo saya merasa senang bisa berkunjung kesana karena tidak semua orang bisa berkunjung kesana dengan demikian sayapun memanfaatkan waktu luang itu sebaik mungkin walaupun hanya satu – dua jam disana, saya pun bertanya kepada beberapa orang santrinya disana, ternyata disana lengkap dengan segala fasilitasnya yang sangat memadai mulai dari Buku, Asrama, dan lain-lain sebagainya dan guru-gurunya pun orang-orang yang memiliki kemampuan dibidangnya masing-masing, dan mereka adalah guru-guru Profesional yang sangat saya kagumi, sehingga peserta didik yangmenggali Ilmu di Pondok Modern Gontor tersebut kalau saya pribadi mengatakan mereka sangat beruntung bisa menggali Ilmunya selama 6 tahun lamanya otomatis setelah mereka selesai dari sana sangat banyak sekali ilmu yang mereka dapatkan dan yang paling terpenting disana mereka rasakan ialah adalah rasa kebersamaan yang sangat tinggi dan rasa tolong menolong antara satu sama lain, suatu saat mereka akan menjadi pioner-Pioner yang sangat dibutuhkan Masyarakat banyak, bangsa dan negara sehingga mungkin negara kita yang tercintah ini sedikit demi sedikit akan terbebas dari namahnya Korupsi Amin. karena mereka telah memiliki kemampuan yang sangat luar biasa, satu hal yang sangat saya merasa senang santri-santrinya ditekankan harus bisa berbahasa Asing dan bahasa Arab, saya merasa kagum dengan begitu besar ilmu yang mereka dapatkan baik Ilmu yang Informal, Formal maupun nonformal sehingga jati diri mereka telah terbentuk dengan sendirinya, mereka pun berpakaian begitu rapi dan indah dipandang mata, seperti orang-orang besar yang pernah kita kagumi, keindahan yang sangat indah di ponorogo ini ialah mesjidnya begitu megah dan mewah sehingga hati kita selalu terpikat akankeindahan mesjidnya. Mudah-mudahan selama 4 hari saya disini banyak sekali Ilmu saya dapatkan ini menjadi acuan buat saya mulai sekarang hingga kedepanya dan bermanfaat bagi saya dan masyarakat banyak Amin. saya tidak lupa jugak mengucapkan terimaksih yang sebesar-besar kepada Allah Swt, dengan ijinnyalah saya bisa sampai kesini, saya juga berterimakasih kepada Orang tuanya mas Wawan yang telah memberikan kebutuhan pangan selama 4 hari saya tinggal bersama mereka dan saya jugak diberlakukan seperti anaknya sendiri. Muda-mudahan Allah Swt, lah yang membalas semua kebaikan mereka Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline