Pembelajaran defferensiasi adalah pembelajaran yang dapat mengakomodir seluruh kebutuhan belajar siswa karena pembelajaran ini berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Pembelajaran ini juga merupakan serangkaian keputusan masuk akal yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan belajar murid. Dikatakan sebagai keputusan masuk akal karena pembelajaran deferensiasi bukanlah pembelajaran yang mengelompokkan yang pintar dengan pintar, yang kurang pintar dengan kurang pintar atau memberikan tugas yang berbeda dalam setiap anak. Diferensiasi tidak berarti bahwa pendidik harus dapat memenuhi kebutuhan semua peserta didik setiap saat atau setiap waktu. Namun, pendidik diharapkan dapat menggunakan berbagai pendekatan belajar sehingga sebagian besar peserta didik dapat menemukan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Pembelajaran deferensiasi adalah pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri atau karateristik sebagai berikut.
- Tujuan pembelajaran yang jelas bagi guru dan murid.
- Adanya respon dari guru dalam menyesuaikan rencana pembelajaran yang sesuai dengan pemenuhan kebutuhan siswa.
- Dukungan dari guru selama proses belajar sehingga tercipta lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan bekerja agar tujuan tertinggi dalam belajarnya tercapai.
- Pengelolaan kelas yang efektif
- Adanya penilaian berkelanjutan yang dapat dijadikan pedoman guru dalam penentuan rencana pembelajaran selanjutnya.
Pembelajaran berdeferensiasi yang dilakukan dikelas berkaitan dengan Standar Nasional Pendidikan yang terdapat bahwa kemampuan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran berdeferensiasi haruslah memahami tujuan pembelajaran dengan baik. Hal ini menjadi sebuah dasar kesuksesan dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Perumusan tujuan pembelajaran yang baik terdapat dalam rencana pembelajaran . Penyusunan rencana pembelajaran juga memperhatikan perbedaan setiap individu. Peserta didik merupakan pribadi yang unik. Keunikan ini memerlukan totalitas penuh keiklhasan dari seorang pendidik untuk memberikan layanannya dalam membimbing dan menuntun anak agar tercapai tujuan hidupnya. Dalam memberikan layanan pendidikan kepada anak seorang pendidik harus mempunyai keyakinan bahwa bahwa seorang murid dapat sukses dalam pembelajaranya, bersikap adil bukan berarti meyamaratakan perlakauan kepada semua murid, dan setiap murid mempunyai keunikan tersendiri. Pendidik harus berubah cara berpikirnya dalam melaksanakan pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran berdeferensiasi, yakni pembelajaran yang berpihak pada murid dengan memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan kemampuannya.
Dalam melaksanakan pembelajaran berdeferensiasi di kelas agar dapat mengakomodir seluruh keburtuhan siswa, pendidik dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar murid atau memetakan kebutuhan belajar murid sebelum melaksanakan pembelajaran. Kebutuhan belajar murid dapat dilihat dari tiga aspek sebagai berikut.
- Aspek kesiapan belajar
- Kesiapan belajar adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, dan dan keterampilan baru, menurut Tomlinson diibaratkan menggunakan tombol equalizer untuk mendapatkan tingkat kesiapan belajar murid. Berikut ini, contoh perspektif yang diperkenalkan oleh Tomlinson adalah bersifat mendasar menuju bersifat tranformasional, konkret menuju abstrak, sederhana menuju kompleks, terstruktur menuju terbuka, tergantung menuju mandiri, lambat menuju cepat. Jadi, pendidik mendapatkan informasi tentang pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid sehingga pendidik dapat menyesuaikan pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan serta menantang murid untuk bersemangat belajar.
- Aspek minat
- Minat merupakan motivator penting bagi murid untuk terlibat aktif dalam pembelajaran karena itu pendidik harus dapat memberikan pilihan bagi murid dalam pembelajarannya, perspektif minat dibagi menjadi dua, yaitu minat individual dan minat situasional. Minat individual murid sudah melekat dalam diri murid sedang minat situasional memerlukan inovasi dari pendidik agar murid tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Beberapa cara menarik murid agar tertarik dalam pembelajaran adalah menciptakan suasana humor/ lucu, dikaitkan dengan minat individu, menyampaikan nilai manfaat dari pembelajaran, dan memberikan kesempatan murid untuk memecahkan persolaan. Jadi,pada pembelajaran berbasis minat ini, pendidik dapat menarik, memperluas minat murid, dan membantu menemukan minat baru pada murid.
- Profil belajar
- Profil belajar ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada murid berlajar secara alami dan efisien. Profil belajar ini dipengaruhi beberapa faktor, di antaranya lingkungan belajar, pengaruh budaya, gaya belajar (visual, audio, dan kinestetik), dan kecerdasan majemuk .
- Identifikasi kebutuhan belajar tidak harus melalui hal yang rumit karena identifikasi kebutuhan belajar murid ini sudah melekat pada kegiatan pendidik. Pendidik dapat melakukan dengan memperhatikan nilai formatif secara seksama, perilaku murid, refleksi murid, kebiasaan mendengarkan murid-murid, dan membuat catatan tentang murid.
- Pendidik dalam melaksanakan pembelajaran deferensiasi di kelas dapat menggunakan tiga strategi yaitu sebagai berikut.
- Strategi deferensiaasi konten
- Deferensiasi konten merupakan materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Pendidik dapat melakukan dengan membedakan pengorganisasian dan membedakan format penyampaian materi pembelajaran pada murid . Diantaranya dengan format buku, poster, video, audio, memberikan teks yang lebih mudah untuk dibaca kepada siswa yang memang masih mengalami kesulitan memahami konsep, memecah materi yang banyak menjadi bagian-bagian kecil sehingga lebih mudah dipahami oleh murid yang masih kesulitan, membuat kosakata kunci dan definisinya,memberikan teks bacaan dengan beragam topik. Dalam strategi konten ini pendidik perlu menyesuaikan cara bagaimana murid kita dapat mengakses konten tersebut sesuai dengan kebutuhan belajar mereka namun bukan mengubah atau menurunkan standar kurikulum
- Strategi deferensiasi proses
- Deferensiasi proses merupakan kegiatan yang memungkinkan murid berlatih dan memahami atau memaknai konten. Pendidik dapat melakukannya dengan membedakan proses yang harus dijalani oleh murid.Diferensiasi proses memungkinkan murid-murid untuk dapat memaknai lewat beragam cara atau moda, dalam berbagai tingkat kesulitan, waktu, dan tingkat dukungan yang berbeda. Deferensiasi proses dapat dilakukan dengan sebagai berikut.
- Memberikan pendampingan atau tingkat dukungan yang berbeda bagi murid, contohnya, murid sangat mampu dapat bekerja hanya dengan pertanyaan pemandu, murid yang cukup mampu dapat bekerja hanya dengan diberikan contoh dan dapat melanjutkan bekerja mandiri, sedangkan untuk murid yang masih kesulitan dapat dibantu secara intensif.
- Membuat kelompok belajar tambahan untuk mengajarkan kembali konten dengan cara yang baru atau lebih terbimbing bagi murid yang mengalami kesulitan.
- Memberikan kesempatan kepada murid untuk memilih apakah ia ingin membaca materi secara individu atau secara kelompok.
- Memberikan pilihan berdasarkan minat. Misal saat pelajaran sejarah murid diminta untuk menceritakan sosok pahlawan, murid bebas menentukan pahlawan yang ingin mereka eksplorasi.
- Memberikan pilihan murid mau bekerja sambil berdiri atau duduk.
- Strategi deferensiasai produk
- Produk merupakan bukti yang menunjukkan apa yang murid telah pahami. Dalam strategi ini pendidik dapat membedakan dan memodifikasi produk sebagai hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari. Perlu diingat, pendidik harus tetap mengacu pada tujuan pembelajaran. Deferensiasi produk dapat dilakukan dengan sebagai berikut.
- Murid yang memerlukan bimbingan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai konten inti materi, yang cukup mahir dapat membuat presentasi yang menjelaskan penyelesaian masalah sederhana, dan bagi peserta yang sangat mahir dapat membuat sebuah inovasi atau menelaah permasalahan yang lebih kompleks.
- Memberikan murid pilihan moda untuk menunjukkan pemahaman melalui tulisan, melalui diagram, demonstrasi, melalui gambar.
- Strategi pembelajaran deferensiasi yang dilakukan di dalam kelas tidak harus menerapkan ketiga strategi sekaligus tetapi pendidik dapat menggunakan satu, dua ketiga-tiganya secara bersamaan atau disesuaikan dengan kemampuan guru dan murid. Karena pembelajaran ini bukanlah pembelajaran yang ribet tetapi merupakan pembelajaran yang menyenangkan karena kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi dan murid dapat berhasil belajar sesuai dengan kemampuannya.
- Praktik pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada asesmen. Asesmen formatif memungkinkan pendidik untuk mengenal peserta didik dengan lebih baik. Dengan demikian, pendidik dapat membuat keputusan terbaik demi menantang peserta didik dengan tepat dan melibatkan murid dalam pembelajaran. Praktik pembelajaran berdeferensiasi dilaksanakan dengan melalui proses disesuaikan dengan kenyamanan pendidik dan peserta didik. Hal pokok yang perlu diingat adanya kemajuan dari pendidik dan peserta didik dari waktu ke waktu.
- Pelaksanaan pembelajaran deferensiasi terwujud apabila dilaksanakan dalam lingkungan positif. Lingkungan yang di dalamnya terdapat kebiasaan -- kebiasaan yang positif . Kebiasaan -- kebiasaan positif ini akan menjadi budaya positif sekolah. Budaya positif sekolah dapat terbentuk melalui penerapan keyakinan kelas yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam pribadi peserta didik. Penyimpangan perilaku peserta didik dari keyakinan kelas ini dapat diselesaikan dengan cara restitusi. Peserta didik mempunyai perilaku menyimpang ini karena anak tersebut berusaha memenuhi kebutuhan dasarnya. Sebagai, pendidik kita harus peka dalam menyelesaikan permasalahan ini. Pendidik dapat meletakkan posisi kontrolnya pada posisi manajer sehingga peserta didik dapat memperbaiki kesalahannya sendiri dengan evaluasi serta refleksi diri dan anak dapat kembali ke kelompoknya dengan karakter yang kuat dengan nilai-nilai kebajikan profil pelajar Pancasila.
- Dalam mewujudkan budaya positif sekolah diperlukan kolaborasi semua warga sekolah karena dalam mewujudkan budaya positif ini tidak mudah dan membutuhkan proses serta komitmen untuk konsisten melaksanakan kebiasaan -- kebiasaan baik.Nilai-nilai yang ada pada guru penggerak sangat dibutuhkan untuk diterapkan dalam perwujudan budaya positif. Nilai -- nilai dari guru penggerak ini akan dikuatkan dengan peran dari guru penggerak. Guru penggerak harus mampu menggerakkan dirinya, orang disekitarnya, warga sekolah untuk bersama-sama untuk mewujudkan visi atau cita-cita sekolah. Kekuatan -- kekuatan positif dari individu atau dari sekolah digali dan dikembangkan untuk dijadikan sumber kekuatan dalam melaksanakan perubahan yang positif atau baik. Pelaksanaan perubahan ini dapat dilakukan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif kemudian dijabarkan dalam tahapan BAGJA. Adapun tahapan BAGJA adalah buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana, dan atur eksekusi.
- Perubahan yang positif ini dapat dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid Pelaksanaan pembelajaran ini sesuai dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan pada anak dilaksanakan sesuai dengan kodrat yang ada pada anak. Pendidik diibaratkan sebagai seorang petani yang sedang cocok tanam. Petani dapat menumbuhkan tanaman untuk menghasilkan produk berlimpah tetapi petani tidak dapat mengubah tanaman padi menjadi jagung.Hal ini sama yang dilakukan pendidik pada anak, pendidik tidak dapat mengubah kodrat anak tetapi pendidik dapat menggali dan mengembangkan potensi anak sehingga anak dapat mencapai kesuksesannya dalam pencapaian belajarnya.
- Untuk mewujudkan kesuksesan anak dalam pencapaian belajar dan pencapaian tujuan hidupnya, hal itu merupakan tugas guru untuk mewujudkannya. Ada dua hal yang sangat berperan dalam hal ini yaitu terwujudnya budaya positif sekolah atau lingkungan positif dan penerapan pembelajaran deferensiasi bagi peserta didik. Dengan budaya positif maka tercipta lingkungan yang nyaman, aman, dan menyenangkan bagi peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran. Peserta didik akan termotivasi untuk belajar dan materi pembelajaran dengan mudah dapat diterima dan diikuti oleh peserta didik. Dengan adanya pembelajaran deferensiasi maka kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi meskipun di dalam kelas terdapat keberagaman murid. Karena pembelajaran deferensiasi adalah pembelajaran yang dapat mengakomodir seluruh kebutuhan belajar siswa. Nah, dalam pembelajaran deferensiasi ini juga memerlukan nilai -- nilai dan peran dari guru penggerak. Nilai dari guru penggerak ini yang melaksanakan pembelajaran berpihak pada murid memerlukan adanya inovasi, kolaborasi, mandiri dan reflektif. Peran dari guru penggerak juga dibutuhkan perwujudan budaya positif dan penerapan belajar deferensiasi karena guru penggerak harus mampu menjadi pemimpin pembelajaran , mendorong kolaboratif, menjadi coach bagi guru lain, menggerakkan praktisi, mewujudkan kepemimpinan murid, memimpin manajeman dan pengembangan sekolah.
- Berdasarkan paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa materi -- materi yang ada pada modul ini saling terkait dan berhubungan. Materi ini saling melengkapi. Pada dasarnya materi -- materi ini berkontribusi untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dengan menerapkan pembelajaran berdeferensiasi yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan terciptanya lingkungan positif yang didalamnya terdapat budaya positif. Untuk mewujudkan itu diperlukannya nilai dan peran guru penggerak untuk mencapai visi atau tujuan sekolah dengan menggunakan Pendekatan Inkuri yang dijabarakan dalam tahapan BAGJA dan melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara.