Lihat ke Halaman Asli

Hukum Rezeki: Menggapai Keberuntungan

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Senyummu adalah sedekah "

hukum-kelimpahankemakmuran-memberi/

Seperti telah dijelaskan tentang Hukum kelimpahan dan kemakmuran (Memberi), Hukum Rezeki ini juga dijelaskan bukan berdasarkan teori atau fakta pengalaman yang berulang pada manusia. Tetapi dijelaskan berdasarkan fakta fenomena alam (belajar dari alam) karena hukum alam itu pasti dan tidak berubah sepanjang zaman. Sifatnya empirik tak terbantah, dapat dicerna dengan akal sehat, kronologis cerita berdasarkan alur gejala alam.

Kemajuan teknologi pun saat ini karena adanya eksplorasi atas gejala alam terutama terkait hukum metafisika, yang kemudian diformulakan dalam analog sebuah instrument teknologi yang menghasilkan teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia mengelola diri dan alam semesta.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” QS.Imran : 190.

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka kebenaran itu”. QS. Fushshilat : 53

Kebenaran hukum alam juga berlaku bagi manusia, karena sang pencipta Cuma satu, kalau tidak sama, maka mungkin harus percaya bahwa Tuhan itu lebih dari satu.

Mari kita mulai…!

Semua hukum alam berjalan berdasarkan hukum dualitas atau dikenal dengan hukum keseimbangan alam. “Semua tercipta berpasang-pasangan.” (Qur’an).

Seperti siang dan malam, panas dan dingin, pria dan wanita, baik dan buruk, hak dan kewajiban, memberi dan menerima, surga dan neraka, sebab dan akibat dst. Variasi fenomena alam yang terjadi merupakan hasil interaksi kausalitas dari interaksi factor dualitas tersebut.

Nah, pada diri manusia hukum dualitas ini juga berlaku, sederhananya pada diri manusia terdapat dua hal pokok yaitu, Hati dan Pikiran. Apapun pendapat yang mencoba mempelajari perilaku manusia, hati dan pikiran selalu menjadi wacana pokok/inti. Lalu berkembang kalau manusia memiliki akal, rasa, batin, spiritual, cinta, imajinasi, dst. Eksplorasi atas semua hal tersebut semua berangkat dari interaksi hati dan pikiran manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline