[caption id="attachment_93980" align="alignleft" width="300" caption="konslet.com"][/caption] Terbang dan Melayang merupakan suatu kemampuan yang banyak dikenal dalam kisah-kisah masyarakat di berbagai negara, seperti kisah dan cerita yang menerangkan bahwa para penyihir dapat terbang dengan menggunakan sapunya. Beberapa Master Spiritual yang terbang dari satu tempat ketempat lain, kisah Delapan Dewa yang terbang di atas samudra selatan, hingga kisah Milarepa yang melintas dari gunung ke gunung dan masih banyak lagi kisah-kisah lainnya yang menjelaskan akan manusia yang dapat terbang dan melayang. Walau tidak menutup kemungkinan akan kebenaran kisah-kisah yang demikian, tetapi kisah-kisah ini cenderung lebih dibesar-besarkan, dari satu mulut ke mulut lainnya. Akhirnya kisah-kisah ini tidak lagi sepenuhnya dapat dipertanggug jawabkan kebenarannya. Sejak beabad-abad, masyarakat Eropa dan Amerika memiliki pandangan bahwa para penyihir itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: tua seperti nenek-nenek, berwajah buruk, berhidung mancung dan panjang, memiliki sapu yang digunakan untuk terbang, pandai meramu berbagai macam ramuan obat dan racun, dan juga memiliki seekor kucing hitam, dsb. Dengan memberikan gambaran dan penampilan yang negatif, buruk, dan menyeramkan kepada para penyihir, kita dapat memahami bagaimana masyarakat eropa dan america menganggap bahwa para penyihir adalah orang yang jahat dan kejam. Dengan kata lain secara tanpa disadari, mengidentitaskan bahwa yang berwajah buruk identik dengan orang jahat, dan yang berwajah cakep adalah orang baik. Kekuatan para penyihir yang dapat terbang, sebenarnya bukan terletak pada sapu ajaibnya. Dimana kekuatan yang sebenarnya dari para penyihir yang sebenarnya, adalah terletak pada meramu berbagai ramuan obat dan racun. Sehingga tidak mengherankan bahwa para penyihir, dapat meramu obat yang dapat membangkitkan halusinasi dan perasaan ekstasi, seperti melayang, terbang, berubah bentuk menjadi binatang, perasaan super dan kuat, kehilangan kesadaran, kesurupan, memiliki kepribadian sebagai mahluk lain, dsb. Nah, yang menjadi pertanyaan sekarang dari mana kisah Nenek Sihir itu dapat terbang dengan menggunakan sapu, kenapa sapu jadi pilihan si nenek untuk menemani dia terbang, bukan memilih benda yang lain. Apakah karena sapu itu identik dengan pekerjaan domestik perempuan menyapu di rumah, atau mungkin kalao sudah tua alias nenek, perempuan nenek kerjanya hanya bisa menyapu saja ??? Jika demikian kisah si nenek sihir dengan sapunya ini mencerminkan pola budaya patriarkal yang bias gender, karena jarang terdengar kisah tentang kakek sihir. Menjawab pertanyaan itu, ada baiknya disimak dialog berikut ini. Tahukah anda kenapa Nenek Sihir tidak mengenakan celana dalam ketika terbang menggunakan sapu ..? (Hmm..biar “daya cengkram” terhadap gagang sapu lebih kuat dan stabil..) Tahukah anda kenapa Nenek Sihir tidak pernah mengizinkan orang lain memegang gagang sapunya ketika sedang terbang? (Yaelaa..kan sdh dibilangin, doi gak pake celana dalam.. Kalo gagang sapu dipegang berasa ke-mana2 lagee..) Tahukah anda kenapa Nenek Sihir memilih hidup tanpa pasangan, misalnya dengan Kakek Sihir..? (Gimana sih, kan sdh punya gagang sapu, masak masih butuh laki2, apalagi sdh kakek2 begitu..) Tahukah anda kenapa Nenek Sihir selalu cekikikkan..? (Ya ampuuun..kalo terbang gak peke celana dalam..kan geli2..gimanaa geto..) salam dialog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H