Lihat ke Halaman Asli

"Program 100 Hari Menuju Pilpres 2010"

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_31855" align="alignleft" width="300" caption="Seorang aktivis LSM Bendera dalam konfrensi Pers (30/11) mempublikasikan penerima aliran dana Bank Century (foto primaironline)"][/caption] Dalam dua hari ini dikalangan para penggiat anti korupsi dan pendukung hak angket skandal century, LSM Bendera (Benteng Demokrasi Rakyat) sesuai namanya adalah kelompok yang paling berani mengungkapkan fakta, nama-nama penerima aliran dana skandal bail out century. Di mana semua nama-nama yang disebut saat ini sudah melaporkan ke Mabes Polri atas tuduhan pencemaran nama baik. Adalah Ferdi Samiun dan Koordinator Bendera Mustar Bonaventura mengatakan data-data aliran dana Bank Century yang sebagian besar diterima sejumlah kalangan politisi dan pengusaha tersebut siap dipertanggungjawabkan. Data itu menurut mereka dalam konfrensi persnya adalah KPU menerima dana Rp 200 miliar, LSI Rp 50 miliar, FOX Rp 200 miliar, Partai Demokrat Rp 700 miliar, Edhie Baskoro Yudhoyono Rp 500 miliar, Hatta Radjasa Rp 10 miliar, Mantan Panglima TNI, Djoko Suyanto Rp 10 miliar, mantan Jubir Presiden Andi Malarangeng Rp 10 miliar, Rizal Malarangeng Rp 10 miliar, Choel Malarangeng Rp 10 miliar, dan Pengusaha Hartati Murdaya Rp 100 miliar. Dilihat dari urutan waktunya berita ini pertama kali dilansir oleh Rakyat Merdeka online (30/11), lalu menyebar ke mana-mana. Aksi ini paling berani dan menantang, gentleman banget, tentu karena mereka sadar apa konsekuensi logis dari pemberitaan ini karena menembak langsung orang-orang lingkaran satu SBY di dalam pemenangan Pilpres. Jika data ini benar seperti pengakuan mereka, maka ada fakta lain yang bisa mendukung kebenaran fakta ini jika bisa diungkap yaitu; 1) pengakuan panwaslu bahwa data-data laporan tim kampanye semua kontestan Pilpres mengecewakan, tidak lengkap dan asal jadi, 2)Tudingan KPK bahwa ada indikasi korupsi di tubuh KPU, 3) pendapat ketua PPATK bahwa untuk mengetahui muara aliran dana skandal century harus dilakukan audit berlapis tujuh, karena ditemukan fakta transaksi lebih banyak menggunakan dengan cash (tunai) dan untuk melakukan audit ini diperlukan minimal dua bulan, dan 4) Pengakuan Sri Mulyani merasa ditipu oleh Boediono,Bambang Susatyo (F-Golkar) malah mengatakan ada kekuatan besar yang menekan Boediono agar agar dapat melakukan itu. Hak angket century sudah disyahkan dan mereka memerlukan waktu 2 -3 bulan agar semua data dapat terungkap, jika semua fakta ini bisa dibuktikan kebenarannya, itu berarti yang terjadi seacara tidak disadari adalah 'program 100 hari menuju Pilpres 2010'. Karena tentu publik akan mempertanyakan, skim skandal inilah yang membuat pasangan SBY-Boediono bisa terbentuk. Ngeri banget mendengarnya..... Selama 100 hari ke depan, gerakan people power akan terus bergerak, mengawal pansus angket skandal century, ini adalah kondisi dan momentum yang akan semakin memperbesar mosi tidak percaya atas kepemimpinan SBY, karena perlu diketahui dan publik juga mencermati, di dalam penanganan kasus Bibit-Candra, pemerintahan SBY dianggap gagal. Apa gunanya dulu SBY mengeluarkan Perppu dan Kepres Plt penggantian Bibit-Candra, sekarang setelah kasus ini dihentikan SBY harus mengeluarkan lagi Kepres untuk mengaktifkan Bibit-Candra, jelas kan energy habis hanya mengusut kasus ini sampai ending yang tidak jelas, siapa yang salah dan siapa yang benar. Dalam 100 hari ke depan, program 100 hari pemerintahan SBY-Boediono akan berkejaran dengan program laten 100 hari menuju Pilpres 2010, ini adalah skeul sandiwara paling menarik menjadi tontonan ke depan. Ternyata saat ini kopi panas belum nyaman di serup, gulanya masih perlu diaduk-aduk agar kopi panas demokrasi, terasa nikmat mengawal pembangunan bangsa Indonesia ke depan, siapkah kita melalui semua proses itu dengan damai ? wallahualam. SALAM DIALOG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline