Lihat ke Halaman Asli

Perlawanan Sri Mulyani

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_36197" align="alignleft" width="305" caption="Menkeu Sri Mulyani"][/caption] Ada hal menarik di dalam menyikapi centurygate antar SBY, Boediono, dan Sri Mulyani. SBY di dalam menyikapi tuduhan telah menerima aliran dana bang sianturi terhadap anaknya Ibas dan PD bergeming, menganggapnya fitnah kejam, terlalu yang disampaikannya secara resmi di depan publik. Namun tuduhan terhadap keterlibatan sri mulyani dan boediono, nota bene orang terpenting di kabinetnya sama sekali tidak pernah dibelanya. SBY, Boediono, dan Sri Mulyani berpendapat sama meminta agar skandal aliran dana Bank Century dibuka seluas-luasnya dan proses hukum atas kasus itu. Meski wacana ketiga petinggi negara itu paralel, namun dengan metodologi dekonstruksi kita bisa melihat ada gesekan tajam di dalamnya. Mengapa? Mantan Anggota DPR Bambang Warih Kusuma melihat, pernyataan Boediono dan Sri Mulyani yang juga mendukung penuntasan skandal Bank Century merupakan isyarat bahwa keduanya tak mau dikorbankan begitu saja oleh istana. Sebab, menurutnya, mereka hanyalah pelaku kebijakan, adapun secara moral tanggung jawab SBY mesti ada pula di dalamnya. Dalam hal ini, para pengamat umumnya melihat Sri Mulyani sebagai perempuan sangat mungkin 'berteriak’, bukan hanya 'bernyanyi merdu’ karena ia tak mau jadi korban sendirian. Sementara itu sebagian kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) meyakini Boediono dan Sri Mulyani Indrawati berada di bawah tekanan ketika memutuskan mencairkan dana talangan (bailout) Rp 6,76 triliun untuk Bank Century. Tekanan itulah yang saat ini harus diungkap ke publik sehingga masyarakat bisa melihat kasus ini secara obyektif. Sri Mulyani yang secara terang-terangan mengatakan bahwa pembentukan Panitia Khusus untuk mengusut megaskandal dana talangan Bank Century yang membengkak hingga Rp 6,7 triliun punya maksud lain: yakni mendiskreditkan dan menjatuhkan dirinya. Pernyataan Sri Mulyani itu dimuat harian Wall Street Journal hari Kamis ini (10/12). Saat keputusan "menyelamatkan" Bank Century diambil, Sri Mulyani secara ex officio menduduki kursi Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK). Ia menyetujui usul yang disampaikan Boediono, yang kala itu adalah Gubernur Bank Indonesia, untuk memberikan status "bank gagal yang berdampak sistemik" untuk Bank Century. Kepada Wall Street Journal, Sri Mulyani mengatakan bahwa keputusan itu sudah sesuai dengan kewenangan yang mereka miliki. Dia juga mengatakan bahwa keputusan itu diambil untuk menyelamatkan industri perbankan dan perekonomian nasional di tengah krisis saat itu. Alasan ini telah disampaikan Sri Mulyani berkali-kali dalam berbagai kesempatan. Alasan-alasan ini pun dinilai banyak kalangan berlebihan dan mengada-ada. Terlebih, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang mengaudit Bank Century atas permintaan DPR menemukan berbagai kejanggalan dan penyimpangan. Hal lain yang disampaikan Sri Mulyani di koran berbahasa Inggris itu adalah tudingannya bahwa Partai Golkar dan elit di partai itu berada di balik rencana menjatuhkannya. Menurut Sri Mulyani, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie tidak suka pada dirinya, dan ia tidak berharap siapapun di Golkar akan bersikap baik pada dirinya. Sri Mulyani dan Aburizal Bakrie tahun lalu memang sempat bersitegang dengan Aburizal Bakrie berkaitan dengan penutupan perdagangan saham milik keluarga Bakrie, Bumi Resource, yang anjlok. Pernyataan Sri Mulyani ini jelas mengagetkan. Dia seakan membuka lebar-lebar pintu konfrontasi dengan pihak manapun yang menurutnya hendak menjadikan dirinya sebagai korban dari skandal ini. Tetapi, informasi lain yang berkembang menyebutkan bahwa sikap keras memang sudah mulai diperlihatkan Sri Mulyani beberapa waktu terakhir ini. Ia tidak mau kredibilitasnya sebagai salah seorang menteri perempuan terpandang di Asia hancur berantakan hanya karena kasus ini. Api kemarahan Sri Mulyani tidak hanya siap dilesatkan kepada Aburizal Bakrie dan Golkar yang kini memimpin Pansus Centurygate. Boediono dan keluarga nomor satu di republik ini pun bila nyata-nyata hendak menimpakan kesalahan kepada dirinya, akan dihadapi Sri Mulyani dengan gagah berani. Apalagi belakangan ini berkembang pertanyaan besar di kalangan yang mengamati skandal ini dari dekat sebuah keanehan ketika Sri Mulyani dan Boediono menggelar rapat tertutup, subuh tanggal 21 November 2008. Sri Mulyani yang sejak awal memperlihatkan sikap kurang setuju dengan usul Boediono itu akhirnya mengalah. Anggota Pansus Centurygate Bambang Soesatyo pernah mengatakan, di tengah rapat Sri Mulyani dan Boediono sempat terdengar dering telepon. Entah siapa yang menelepon di subuh itu. Tetapi setelah telepon itulah keputusan mem-bailout Bank Century kemudian disepakati. Siapa yang dapat menggerakkan kedua tokoh ini? Sampai kini, jawaban atas pertanyaan itu masih tidak jelas. Tetapi logika awam mengatakan, hanya pihak-pihak yang lebih superior lah yang dapat melakukannya, yang dapat melunakkan hati keras Sri Mulyani. Nah, siapa pihak superior itu? Dalam struktur pemerintahan, ada dua pihak superior di atas Menteri Keuangan. Pertama, Wakil Presiden, dan kedua, yang lebih di atas lagi, adalah Presiden. Jusuf Kalla, Wakil Presiden ketika kasus ini terjadi, mengatakan dirinya baru mengetahui keputusan Rapat KSSK itu tanggal 25 November 2008. Adalah Sri Mulyani dan Boediono yang menyampaikan langsung hasil Rapat KSSK itu. Menurut Jusuf Kalla, dirinya marah, karena apa yang terjadi di Bank Century adalah kriminalitas, adalah perampokan. Sesaat setelah menerima laporan itu, Kalla menghubungi Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dan meminta agar pemegang saham penentu Bank Century, Robert Tantular ditangkap. Bagaimana dengan Presiden SBY? Saat keputusan diambil, SBY sedang berada di Washington DC, Amerika Serikat. Dan Sri Mulyani pernah mengatakan bahwa dirinya memberi tahu SBY segera setelah keputusan diambil dengan mengirimkan pesan pendek. Jadi siapa yang mau menelepon di pagi subuh waktu Indonesia Bagian Barat, di saat Sri Mulyani dan Boediono sedang berpikir keras untuk mencari jalan menyelamatkan Bank Century? Kabar lain yang berkaitan dengan sikap keras Sri Mulyani menghadapi kasus ini juga pernah disampaikan Johan Silalahi. Menurut Presiden Negarawan Center ini, kepada seorang mantan pejabat tinggi negara Sri Mulyani pernah mengaku dirinya ditipu oleh Boediono. Aksi perlawanan ini pada minggu lalu sudah nampak saat Sri Mulyani menghadiri undangan pertemuan dengan DPP PPP, pada sesi pertemuan ini beliau membeberkan apa yang telah dilakukannya, ditengarai sri mulyani mulai menggalang rasa simpati para politisi. Pernyataan Sri Mulyani yang dimuat di harian Wall Street Journal adalah bentuk ungkapan kegelisahan atas tekanan yang dialami, dimana juga diketahui saat demo peringatan hari anti korupsi sedunia sri mulyani dan boediono menjadi sasaran amuk massa dengan simbol pembakaran foto. Sementara itu Pansus angket Century telah menemukan fakta baru skandal bailout Bank Century. Surat dari Departemen Keuangan yang ditujukan kepada BPK tanggal 16 November 2009 membatalkan pembentukan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Selain itu juga ditemukan adanya beberapa BUMN yang menyimpan dananya di bank century, menjadi pertanyaan besar adanya konspirasi di dalam pengambilan kebijakan bail out karena sejak awal merger, bank ini sudah parah. Sri Mulyani yang sebelum masuk lingkaran kekuasaan terkenal kritis ini, sanggupkah "bernyanyi" mengungkap liku laku di dalam proses bail out, ketika dirinya sangat terpojok dan akan menjadi tumbal politik karena asumsi yang ada dari susunan struktur anggota pansus di mana partai koalisi sangat dominan, sangat muskil SBY-Boediono menjadi target. wallahualam. SALAM DIALOG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline