Lihat ke Halaman Asli

Musuh dalam Diri, Musuh Paling Rahasia

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bulan ini merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Pasalnya, di bulan ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan rukun Islam yang kelima. Ibadah haji adalah ritual ibadah yang mengajarkan persamaan di antara sesama. Dengannya, Islam tampak sebagai agama yang tidak mengenal status sosial. Kaya, miskin, pejabat, rakyat, kulit hitam ataupun kulit putih semua memakai pakaian yang sama. Bersama-sama melakukan aktivitas yang sama pula yakni manasik haji. Selain ibadah haji, pada bulan ini umat Islam merayakan hari raya Idul Adha, umat Islam dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rakaat dan dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Tuhan atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Tuhanpun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Legenda mengharukan ini diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109. Kisah tersebut merupakan potret puncak kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Nabi Ibrahim mencintai Allah melebihi segalanya, termasuk darah dagingnya sendiri. Kecintaan Nabi Ibrahim terhadap putra kesayangannya tidak menghalangi ketaatan kepada Tuhan. Model ketakwaan Nabi Ibrahim ini patut untuk diteladani. [caption id="attachment_29932" align="alignright" width="300" caption="Mesjid Raya Kota Medan (dok.Inka)"][/caption] Rasul Muhammad, semoga keselamatan atasnya, bersabda, "Malam ini panjang, jangan memendekkannya dengan tidur. Hari ini cerah jangan menodainya dengan dosa," Malam panjang untuk mengatakan rahasia dan membuat permintaan tanpa gangguan orang dan kesusahan sahabat serta musuh. Damai dan tenang dapat diraih, Tuhan merendahkan hijab hingga perbuatannya terjaga dari kemunafikan dan hanya dipersembahkan sendiri untuk-Nya. Pada malam gelap, orang munafik dapat dibedakan dari orang yang baik, orang munafik akan dipermalukan oleh malam. Dia akan diberitahu, "seseorang melihatmu, tetapi engkau tidak melihat-Nya. Orang yang melihat engkau adalah yang memegang setiap orang di dalam genggaman kuasa-Nya dan dipanggil di saat sengsara." Ketika seseorang terserang sakit gigi, telinga, atau matanya terluka, atau dia dalam ketakutan dan ketidakamanan, seluruh manusia berseru kepadanya. hatinya menyerukan bahwa mereka beriman dan yakin Tuhan akan mendengar dan memenuhi permintaan mereka. Secara rahasia mereka memberikan derma untuk menghindari malapetaka atau menyembuhkan kembali orang sakit, dan mereka percaya Dia akan tahu sedekah itu diterima. Ketia Dia telah memberi mereka kesehatan dan kesembuhan, keyakinan mereka menghilang dan kembali kepada kesenangan sia-sia. Seribu dugaan berbeda muncul apakah itu bermanfaat atau tidak, dan pengaruh dugaan itu menyebabkan seribu keengganan dan ketumpulan. Di manakah kepastian yang menghancurkan dugaan sia-sia itu ? Tuhan kemudian menjawab, "sebagaimana telah Aku katakan, jiwa binatangmu adalah musuhmu dan musuh-Ku; jangan jadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai sahabatmu (QS. 60: 1). Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail telah membuktikan itu, mereka tidak perlu seribu duga atas Titah Tuhan, mereka tulus dalam ketakwaan. Akhirnya Tuhan memerintahkan Ibrahim menggantinya dengan menyembelih domba, simbol jiwa binatang manusia, musuh dalam diri dan musuh paling rahasia. Peliharalah penjagaanmu terhadap musuh ini di dalam penjara, karena saat dia sedang dipenjara, penderitaan malapetaka dan luka, pembebasan dirimu sedang berada di tangan dan mencapai kekuatannya. Seribu kali engkau telah dicoba dengan sakit gigi, sakit kepala, dan takut. Kenapa kemudian engkau merantai tubuhmu, disibukkan dengan kepedulian terhadap hal itu ? jangan lupakan hal yang penting. jagalah selalu jiwa badaniah dari memperoleh yang dia inginkan hingga engkau mampu meraih hasrat abadi dari penjara kegelapan (dunia). Siapa pun yang bisa menahan jiwanya dari hasrat berahi, sesungguhnya surga akan menjadi tempat tinggalnya (QS. 79: 40-41). wallahualam. Selamat Idul Adha 1430 H, bagi kompasianer yang merayakannya. SALAM DIALOG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline