Pemilihan Gubernur Kaltim makin dekat. Sebagai anak yang lahir dan besar di kampung pinggiran Sungai Mahakam, saya sangat bangga akan satu dua nama, yang merepresentasikan Sumberdaya Manusia (SDM) lokal.
Pasca Rita Widyasari, yang meski secara darah, hanya lokal parsial, tapi kedekatannya dengan semua kalangan di Bumi Etam menjadikannya mendekati kata sempurna soal keterwakilan, dengan segudang raihan harus roboh oleh dialektika politik lama, mode baru itu perlahan menghilang dari radar.
Anak pinggir Sungai Mahakam mulai harus memutar otak lebih keras. Pasalnya, dari puluhan nama yang berseliweran, hampir seperempatnya tak mewakili SDM Bumi Etam. Ditambah lagi, wawasan ke Nusantara an membuat peluang masuknya tokoh non Kaltim masuk dalam bursa Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur semakin tinggi.
Dan benar saja, dua tiga nama dengan embel-embel menyeruak. Ada sebagian kami yang terang terangan mengatakan menolak. Meski tanpa perskonpers, sejujurnya saya juga tak begitu setuju.
Tapi ini negera demokrasi. Siapa saja boleh memimpin. Lalu jika memang iya harus SDM lokal yang memimpin, apakah ada jaminan akan ada perubahan besar akan terjadi?.
Atau hanya sekedar mempertahankan adat dan budaya, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjuJung ?.
Rusdianto.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H