Dalam kitab suci Al-Quran, setidaknya ada 3 ayat klaim Tuhan tentang betapa sedikitnya manusia yang mau (pandai) bersyukur kepada-Nya. Pertama, QS. Saba' ayat 13: "Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur." Kedua, QS. Al-Baqarah ayat 243: "Sesungguhnya Allah sentiasa melimpahkan kurnia-Nya kepada (seluruh) manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur." Dan ketiga, QS. Ibrahim ayat 7: "Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)."
Padahal bagi orang yang enggan bersyukur, Allah Ta'ala mengancam dengan azab-Nya yang sangat pedih. Sedangkan bagi orang yang pandai bersyukur maka Allah berjanji akan menambahkan kenikmatan baginya. Allah SWT berfirman melalui QS. Ibrahim ayat 7 : "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Rasulullah SAW adalah manusia yang patut kita teladani dalam bersyukur, agar Allah menambah kenikmatan itu kepada kita. Diriwayatkan ketika Siti Aisyah bertanya kepada Nabi Muhammad (suaminya), mengapa Nabi begitu kuat dan tekun beribadah (shalat malam) sampai kakinya bengkak. Padahal beliau adalah seorang nabi yang telah diampun dosanya yang dahulu maupun yang akan datang. Nabi Muhammad menjawab, "Tidak bolehkah aku menjadi orang yang pandai bersyukur kepada Allah?"
Cara Bersyukur
Bersyukur memang sangat mudah untuk diucapkan tetapi tidak mudah dilaksanakan. Sampai-sampai Allah menyatakan "Sangat sedikit sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur".
Imam Al-Ghazali mengajarkan kepada kita bahwa cara bersyukur kepada Allah dilakukan dengan tiga tahap, yaitu dengan hati, dilanjutkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan perbuatan.
Pertama, Bersyukur dengan hati. Bersyukur dengan hati merupakan bentuk kesadaran yaitu menyadari atau meyakini sepenuhnya bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan kemurahan Allah. Dalam Alquran Allah Swt berfirman: "Segala nikmat yang ada pada kamu (berasal) dari Allah" [QS An-Nahl (16):53].
Kesadaran tentang segala kenikmatan merupakan karunia Allah harus ditimbulkan seketika saat mendapatkan kenikmatan atau rezeki. Kemudian kesadaran bersyukur sebaiknya dilakukan secara istiqamah melalui tafakur atau tasyakur di malam hari saat akan tidur.
Kedua, Bersyukur dengan lisan. Bila kesadaran atau keyakinan seseorang bahwa segala nikmat yang didapatkan berasal dari Allah SWT, maka seharusnya dia mengucapkannya dengan lisan, Alhamdulillah (segala puji bagi Allah yang telah memberi karunia kenikmatan).
Bersyukur dengan lisan selain diucapkan secara spontan saat memperoleh kenikmatan, juga sebaiknya juga dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti saat berdzikir selepas melaksanakan shalat rawatib 5 kali sehari, atau saat berdzikir di sepertiga malam terakhir.
Ketiga, Bersyukur dengan perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan merupakan bentuk rasa syukur yang konkrit (nyata), yang bermakna bahwa semua nikmat yang diperoleh harus dimanfaatkan di jalan yang diridhai-Nya. Nabi Muhammad menjelaskan bahwa Allah SWT sangat suka melihat nikmat yang diberikan kepada hambaNya dengan cara dimanfaatkan sebaik-baiknya.