Bang haji Rhoma Irama tahun 1977 menyanyikan lagu berjudul "Seratus Tiga Puluh Lima Juta". Seratus tiga puluh lima juta penduduk Indonesia. Terdiri dari banyak suku-bangsa itulah Indonesia. Ada Jawa, ada Sunda, Aceh, Padang, Batak dan banyak lagi yang lainnya...dst.
Empat puluh tahun kemudian, tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia mencapai 260 juta jiwa. Artinya dalam kurun waktu 40 tahun, populasi penduduk Indonesia meningkat hampir 100%. Dengan perhitungan statistik sederhana, maka 40 tahun kedepan pada tahun 2057 nanti populasi penduduk Indonesia juga meningkat 100% dari saat ini, menjadi 520 juta jiwa (setengah miliar lebih). Dan 40 tahun berikutnya, tahun 2097 jumlah penduduk Indonesia mencapai 1.040 juta. Jadi gampangnya pada tahun 2100 nanti penduduk Indonesia bakal mencapai 1 miliar lebih.
Senada dengan prediksi diatas, November 2011 Sugiri Syarif (kepala BKKBN ketika itu) mengatakan pertumbuhan penduduk Indonesia naik lima kali lipat setiap 100 tahun. Dikatakannya tahun 1900 penduduk Indonesia hanya 40 jutaan, kemudian pada tahun 2000 angka meningkat lima kali lipat yakni 205 jutaan. Sehingga pada tahun 2100 nanti penduduk Indonesia kemungkinan bisa tembus angka satu miliar, dengan asumsi meningkat lima kali lipat dibanding tahun 2000.
Siapa yang membayangkan situasi Indonesia 80 tahun kedepan saat jumlah penduduk mencapai satu miliar? Bila saat ini pemerintah gagal mengendalikan pertumbuhan populasi maka ledakan penduduk Indonesia bakal terjadi dimasa yang akan datang. Ledakan penduduk adalah salah satu ancaman paling serius bagi suatu bangsa.
Populasi Indonesia terbesar keempat di dunia
Saat ini Indonesia merupakan negara peringkat keempat penduduk terbanyak sedunia setelah China, India, dan Amerika. Tahun 2017, jumlah penduduk Indonesia 265 juta jiwa, lebih besar ketimbang negara berkembang lain. Jumlah tersebut terbilang besar mengingat luas daratan Indonesia hanya 1,905 juta km, jauh lebih kecil dibanding luas daratan Cina (9,597 juta km), AS (9,834 juta km) dan India (3,287 juta km).
Dalam hal kepadatan penduduk, diantara negara-negara berkembang lainnya Indonesia mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, terutama pulau Jawa dan Sumatera. Kedua pulau utama itu mempunyai kepadatan penduduk rata-rata 650 jiwa per km. Terlebih lagi DKI Jakarta yang kepadatan penduduknya 15.000 jiwa/km, jauh diatas Singapura yang 6.389 jiwa/km. Padahal Singapura merupakan negara berpenduduk terpadat ketiga didunia, setelah Makao dan Monako.
Dengan kepadatan penduduk seperti itu berbagai permasalahan sosial telah dirasakan oleh warga ibu kota Jakarta, seperti kemacetan lalu lintas (terjadi sejak pagi hingga malam hari), polusi udara yang semakin pekat, sulitnya mendapatkan perumahan, masyarakat semakin tidak ramah, lapangan pekerjaan semakin sulit, pengangguran sarjana semakin banyak, kriminalitas semakin tinggi, dan sebagainya. Bagaimana situasi 30 - 40 tahun mendatang saat anak cucu kita menjadi warga Jakarta?
Dampak Ledakan Penduduk.
Sejak awal tahun 2000 pertumbuhan penduduk negara kita tergolong tinggi. Data dari BKKBN menunjukkan persentase rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) mencapai 1,49%. Ini berarti bahwa setiap tahunnya penduduk Indonesia bertambah sekitar 4,5 juta orang (hampir sama dengan jumlah penduduk Singapura). Idealnya pertumbuhan penduduk kita berkisar satu sampai dua juta pertahun (LPP ideal 0,5 persen). Jadi bisa dibayangkan berapa pertambahan penduduk negara kita per tahun bila LPP semakin naik sementara jumlah penduduk juga terus bertambah banyak.
Secara umum pertumbuhan penduduk suatu negara dipengaruhi 3 faktor utama, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi. Faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah faktor kelahiran (fertilitas). Perlu diketahui bahwa tingginya LPP Indonesia disebabkan karena tingginya Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) secara nasional. Pengertian TFR adalah jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa reproduksinya.