Lihat ke Halaman Asli

Panji Joko Satrio

Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Pemilu dan Amplop: Ketika Gus Mus 'Putus Asa'

Diperbarui: 24 Mei 2024   09:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bawaslu Jateng

JIKA ada sebuah benda yang membuat seorang ulama kharismatik 'putus asa', maka itu adalah amplop. Ya KH Mustofa Bisri, mantan Rais Am PBNU itu tampaknya begitu 'getun' kepada benda terbuat dari kertas putih mungil tersebut.

Apa pasal? Kecil tetapi sakti. Itulah amplop. Begitu saktinya sehingga dalam puisinya "Di Negeri Amplop", pengasuh Ponpes Raudlatut Thalibin itu menggambarkan Aladin saja akan menyembunyikan lampu wasiatnya jika bertemu amplop. Karena tokoh rekaan dalam dongeng Negeri Seribu Satu Malam itu menyadari, kekeramatan lampu wasiatnya tak setara dengan kehebatan benda yang pada zaman Kerajaan Babilonia dibuat dari tanah liat itu.

Entah kalau yang berkenan datang mengatasi ampuhnya sawab amplop itu adalah Nabi Musa, bapak para nabi. Begitu guman Gus Mus dalam geguritan yang diciptakannya pada tahun 2002 itu.

Kini di tahun 2024, si amplop bukannya kehilangan wibawa malah semakin berkuasa. Termasuk dalam perhelatan pemilu. Amplop digunakan sebagai alat ‘serangan fajar’ atau politik uang. Sebuah prilaku kotor untuk mempengaruhi pemilih yang biasanya dilakukan politisi hitam.

Di negeri amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi

rapi-rapi

David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri

Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline