Lihat ke Halaman Asli

Panji Joko Satrio

Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Maaf, Tak Melayani Eceran!

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mak Inah heran. Pangkalan elpiji di tepi jalan raya tak jauh dari rumahnya, selalu menulis plang bertulis "Maaf, Gas Habis". Sudah berpekan-pekan, plang dari karton itu, tertempel di gerbang.

Memang sih, sekarang si melon tengah langka. Jadi, wajar jika susah dicari. Mirip siluman. Tapi mosok, kok terus-terusan habis? Padahal, setahu dia jarang pembeli yang mampir ke situ.

Setelah berpusing-pusing ke beberapa pengecer dengan nihil, Mak Inah memutuskan mendatangi pangkalan gas, yang menyatu dengan rumah mewah pemiliknya itu. Sembari menjinjing tabung berwarna melon, dia mengintip dari gerbang.

Tampak olehnya, sederet tabung berjajar rapi jali. Jumlahnya, mungkin lebih dari seratus.

Mak Inah girang. Akhirnya, bisa membeli gas setelah sebelumnya keliling kampung dengan tangan hampa. Dengan pelan, dibukanya gerbang.

Seorang nyonya, istri dari pemilik agen langsung menyambutnya dan bertanya. "Ada perlu apa?". Seakan, si nyonya tak melihat Mak Inah membawa tabung.

Mak Inah menyampaikan hajatnya, membeli gas. Sang nyonya terdiam sejenak, kemudian berkata pelan. "Maaf, tidak melayani eceran," jawabnya menampik permintaan.

Mak Inah terlongong, belum paham. Si Nyonya mengulangi jawaban. "Maaf, kami hanya melayani pedagang. Itu saja tak semua kebagian," jawabnya sembari menunjukkan selembar kertas, yang katanya, berisi daftar pedagang langganannya.

"Lalu, saya beli di mana?" jawab Mak Inah.

"Beli aja di pengecer. banyak kok. Tuh, di pertigaan dekat tugu juga ada," kata si nyonya.

Mak Inah kemudian pergi meninggalkan pangkalan. Mencari penjual gas dengan dua kriteria: yang  bersedia menjual satuan (eceran) dan stok masih ada.

Soal harga atau penuh tidaknya isi, mak Inah tak berani protes.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline