Lihat ke Halaman Asli

Di Sebuah Nisan

Diperbarui: 23 Desember 2015   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Padamu aku tiada meminta selain kau kirimkan teks tentang rindu... Aku seharusnya tahu, kehadiranmu adalah kematianku...”  

Sepucuk surat dalam huruf miring yang halus menghias pada kertas buram bernoktah, tergeletak di ranjang kenangan. Sebuah tangan menulisnya, lalu menghilang dalam bujur beku di timbunan tanah, tertancap kokohnya nisan. Sebuah nisan yang mulai terselimuti belukar dan lumut. Tanpa sebuah kembang menyentuh, bahkan di atas tanahnya yang mulai meretak turun. Bahkan setangkai kanthil yang selalu setia menemani malam di pekarangan kuburan. Hanya ada hembusan angin bertiup, membentuk melodi dedaunan dari ranting-ranting pohon yang telah lama ditinggalkan dalam ruang gelap pedih.  

Mendadak tubuhku seperti berada di dalam kotak pendingin sebuah kamar jenazah yang senyap dan berbau amis. Kenangan demi kenangan tampak melintas, sebuah slide bergambar dan penuh arsiran mulai menjadi bias pada debu waktu. Tanpa bunyi detik dari jam meja yang masih setia menemani meja sudut di ruang kamar ini. Tanpa arah panah yang pasti, juga baterai. Ditemani sebuah kitab tentang Tuhan dan seuntai tasbih yang menguning, buku-buku terserak. Jaringan laba dan serpihan abu rokok melengkapi sunyi sebuah meja sudut itu. Sebuah bingkai mungil terhias kolase photo-photo seorang wanita bersama anak-anak mereka dalam sebentang pasir putih dan gulungan ombak yang tipis menuju tepi. Senyum tawa membuat garis lingkaran di luar bibir mereka. Ribuan huruf seperti gelembung notasi yang menari, menukik tepat di atas kepalaku. Ah, nafas ini terlalu manis jika harus kugadaikan untuk sebuah Nekropolis. 

Okty Budiati | Jakarta - Desember 2015 

 

 

Photo Koleksi Pribadi 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline