Lihat ke Halaman Asli

Tanggung Jawab Intelektual

Diperbarui: 23 Agustus 2015   08:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kondisi hari ini sering sekali kita melihat pandangan, terutama pada kalangan mahasiswa bahwasannya mahasiswa merupakan kaum/orang intelektual?, tapi apakah tepat pandangan tersebut?, apakah hanyalah sesempit itu saja intelektual?, mari kita bedah lebih mendasar.

Kaum/orang intelektual, apa, siapa, dan bagaimana kaum intelektual tersebut ? ditinjau dari etimologi intelektual berasal dari bahasa inggris yaitu intellect yang maknannya adalah akal atau fikiran, artinya kaum intelektual merupakan kaum yang akal fikirannya telah mendapat pendidikan dan pengajaran, bukan hanya kaum yang bergelar Mr, Dr, atau Ir-lah yang bernama intelektual, berapa banyak jika kita melihat kondisi sosial orang yang bergelah Mr. Dr. Ir. Ini yang kepandaiannya sama sekali tidak hidup, dan tidak lebih dari pada seperti “woordenboek”2 belaka!?!3  yang dimaksud daripada “sama sekali tidak hidup” merupakan tidak adanya kontribusi nyata dari orang-orang tersebut. Secara sederhana juga kaum/orang intelektual adalah kaum yang akal dan fikirannya sudah mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan yang lain.

Manusia, siapapun dirimu kau memegang peran intelektual hari ini tapi hanya segelintir dari jenismu yang mampu mengejawantahkannya dalam bentuk kontribusi nyata4. Karena memang kaum intelektual adalah kaum yang sadar dalam menggunakan akal dan fikirannya untuk berkontribusi dan sadar bahwasannya dia harus berjuang dengan dan untuk rakyat. Sejatinya seorang intelektual dengan berbagai macam status istimewanya ataupun tidak, berkewajiban dan memiliki tanggung jawab untuk memajukan kebebasan, keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian. Kaum intelektual tidak sekedar bertugas menyingkap kebohongan penguasa, tetapi juga menjelaskan sejauh apa kita terlibat dalam kejahatan itu dan bagaimana menghentikannya. Mengutip Lenin5, Althusser6 bilang, intelektual memang bisa mengambil posisi revolusioner7 dan berani, namun sebagai massa mereka tetap saja sebagai borjuis kecil dalam ideology. Artinya intelektual harus membantu rakyat untuk melihat dan memahami realitas dan membongkar segala hal yang terselubung.

Siapa yang sejatinya dimaksud rakyat yang sebagai kaum intelektual harus berjuang dengan dan untuknya?, memang jika kita ingin membahas secara mendalam kita harus berbicara “kelas dan perjuangan kelas” bahkan sebelum itu kita harus juga mengkaji “ekonomi-politik”, tapi saya rasa itu tidak perlu dibahas dalam penulisan ini, karena dengan kesadaran kita hari ini, sudah jelas bahwasannya hari ini yang harus kita bela adalah kaum/orang yang terhisap8 dan tertindas9. Bung karno dalam pidatonya10, “banyak orang yang mengatakan dan bertanya-tanya, kenapa kaum intelektual Indonesia tidak begitu banyak yang aktif, ya malahan mati jika dibandingkan dengan kaum intelektual dari Nergara jajahan lain seperti India, Mesir atau Filipina?” hakikatnya kaum intelektual Indonesia itu tidak bisa disalahkan sepenuhnya, sebab pergerakan kaum intelektual itu tidak bisa lepas dari keadaa-keadaan yang mengelilinginya., keaadan tersebut adalah kaum intelektual Indonesia merasa ketakutan atas aturan-aturan kaum sana yang dulu sangatlah mempersempit geraknya. Kaum tersebut seakan-akan mengendalikan sebagai driver kondisi dan sangat mengatur serta juga karena sebagai penenti kondisi basis strukturnya yaitu sosial-ekonomi politik.

Siapa “kaum sana” yang seperti saya tuliskan diatas?, yaitu inggris yang merupakan golongan imprealisme11 yang bersifat kapitalisme12 dagang yang sangat berpengaruh bagi para kaum intelektual pada saat itu di India, Inggris sampai-sampai dijulukti “the workshop of the world” yang artinya sebagai pusat perusahaan dunia, terlebih lagi Inggris juga telah memiliki industry sendiri dan juga karena disana merupakan basisnya akan bahan baku. Sehingga produk-produknya banyak yang dibawa dan dijual di India. Supaya produk tersebut dijual, jalan yang ditempuh adalah dengan membangun nafsu para rakyat yang ada, yang dimana produk tersebut dijadikan kebutuhan rakyat sehingga para rakyat akan besar nafsu untuk membeli prduk tersebut, higga rakyat bersifat konsumtif13. Dampak dan strategi Inggris sejatinya sangat efektif, sampai-sampai kaum imprealisme tersebut membawa semua produk-produknya ke tanah Hindustan14 tersebut, sebab barang siapa keinginan membelinya aktif tentulah pasti akan banyak kebutuhan. Dengan kondisi yang sedemikian kejam tersebut, lahir sebuah golongan intelektual yang inisiatifnya aktif terhadap keadaan. Mereka tetap menjadi kaum pembela bangsa dan negaranya. Maka itulah pergerakan rakya Hindustan banyak melahirkan para “intelegentzia”15. 

Bagaimana keadaan Indonesia?, Negara kincir angin (Belanda) tidak bisa disamakan dengan Inggris, karena bukan Negara yang kaya akan bahan baku dan industry layaknya Inggris. Namun hasil dari drainage16 kekayaan Indonesia dibawa kembali ke Indonesia, sehingga dibangunlah industri-industri milik Belanda di Indonesia. Artinya jelas bahwasannya industri tersebut milik industri-kapitalisme Belanda. Dan sudah jelas bahwasannya industry-kapitalisme sangatlah butuh akan kaum buruh, baik kerah putih ataupun kerah biru17. Dengan strategi imprealis Belanda kemudian mendirikan sekolah yang hanya untuk mendidik kaum buruh yang lemas saja supaya tidak banyak cerewet.sistem pendidikannya merupakan membentuk semangat menjadi buruh, namun kaum buruh kasar, hina melihat hal itu, padahal mereka sejatinya sama rata sebagai kaum proletar18 yang tak punya apa-apa melainkan tenaganya. Strategi ini sangatlah membodohkan, supaya upah yang diberikan bisa serendah-rendahnya dan tidak banyak ocehan-ocehan dari para buruhnya. Padahal bahaya outsourching19bisa saja setiap saat mengancam, sebab jelas, system outsourching merupakan sebuah keharusan dalam industri-kapitalisme.

Sudah jelas bahwasannya para kaum intelektual yang sadar akan kondisi yang seperti ini adalah kewajiban mereka untuk  bergabung bersama rakyat dan menumpaskan segala bentuk penjajahan. Artinya kaum intelektual harus membela dan bergabung dengan rakyat untuk melawan penindasan yang terjadi!!!.

 

semua yang terjadi di bawah kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berfikir” Pramoedya Ananta Toer20

 

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline