Lihat ke Halaman Asli

Umarulfaruq Abubakar

Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Bencana Kehilangan

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_108" align="aligncenter" width="285" caption="Agar tak hilang........(http://us.images.detik.com)"][/caption] File presentasi power point hilang…! Itu adalah musibah bagi saya, sebab pagi ini jadwal saya mengisi kajian pagi di Islamic Centre Ibnu Abbas. Materi dan file ini sudah saya siapkan sejak minggu lalu. Saya pikir saya bisa langsung menyampaikannya nanti. Tilawah Al-Qur’an sudah terdengar di mesjid. Itu berarti 10 menit lagi saya akan menyampaikan materi tentang Mengusir Galau dalam rangkaian tema doa-doa remaja dan anak muda. Saya buka netbuk dan langsung ke folder tempat biasanya saya menyimpan file presentasi. Filenya Tidak ada…! Saya cari di folder lain, tidak ada juga. Saya searching, masih belum saya dapatkan. Saya mulai gelisah. File materi itu belum saya dapatkan. Sementara dari mesjid telah terdengar ucapan “Shadaqallahul Azhim” File itu menjadi penting sebab terisi doa-doa yang akan saya sampaikan dan nanti akan dihapal oleh anak-anak. Bisa saja saya maju, tapi ada beberapa data penting yang hilang. Apalagi file itu akan menuntun anak-anak untuk menghapal doa-doa tersebut. Gambar yang saya taruh adalah pilihan, begitu pula untaian fakta dan data yang menguras waktu dan fikiran saat menyiapkan. Apapun alasannya, mestinya saya tetap maju untuk menyampaikan ceramah itu. Tapi kegalauan, kesedihahan, dan kegelisahan menyelimuti hati saya sehingga membuat saya masih punya harapan untuk menemukannya. Saya terus mencari dan mencari. Namun mencari harus ada batas waktu. Kehilangan file bukan alasan saya lalai dari tanggungjawab Akhirnya saya putuskan untuk maju menyampaikan apa yang nanti bisa sampaikan. Begitu saya buka pintu dan mau melangkah ke mesjid (kamar saya berada pas di samping mesjid), terdengar suara “Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh…” Artinya ada seorang seseorag yang sudah menggantikan saya. Alhamdulillah, dalam hati saya bersyukur. Namun di sisi lain, saya juga sedih karena saya lalai dalam tanggungjawab dan memaksa teman saya untuk maju menggantikan saya dengan tiba-tiba. Saya tidak jadi masuk mesjid, karena takut merusak konsentrasi santri dan penceramah. Saya naik ke lantai dua dan melanjutkan pemburuan terhadap file yang hilang, dengan tetap membawa kesedihan dan kegalauan. Hanya ada kemungkinan: file itu terhapus atau tidak sempat saya save ketika dulu menulisnya. Hilang file bisa membuat galau, bagaimana lagi kalau hilang amal. Itulah pelajaran yang saya dapatkan dalam kegalauan. Padahal hilang amal ini bukan sesuatu yang remeh. Ini bencana musibah dan bencana yang besar di akhirat nanti. “Supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari” (QS. Al-Hujurat: 2) “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqan: 25) Ya Allah apa jadinya bila semua jerih payah selama ini: shalat, puasa, tilawah Al-Qur’an, sedekah, dan segala amal kebaikan dihapuskan. Tak ada lagi bayangan masa depan selain siksa yang berpanjangan. Hanya dengan modal tauhid dan amal itu kita bisa meraih ridha Allah. Allah juga mengingatkan: “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain[838]. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu” (QS. An-Nahl: 92) Saya memang harus lebih teliti, cermat, melakukan cek dan richek ketika akan melakukan sesuatu, supaya tidak teledor dan akhirnya menghabiskan banyak waktu, menimbulkan kekecewaan dan kegelisahann di hati. Tapi lebih dari itu saya penting menjaga amal agar jangan ada yang hilang dan terhapus karena sering diceritakan kepada orang lain, menyebut-nyebut pemberian, riya, ujub, durhaka dan berbagai penyakit lain yang meruntuhkan pahala amal yang sudah saya usahakan sebelumnya. File yang hilang bisa saya buat lagi. Tapi amal yang terhapus, tidak bisa saya lakukan lagi, sebab waktunya sudah berbeda. Membuat amal baru berarti mengambil waktu baru. Padahal kewajiban yang ada jauh lebih banyak dari waktu yang tersedia. Khair Insya Allah. Qaddarallahu wa ma sya’a fa’al. Semoga Allah selalu menuntut saya dan anda kawan ke jalan yang diridhai oleh-Nya. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline