Lihat ke Halaman Asli

Umarulfaruq Abubakar

Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Surga di Lereng Gunung Lawu

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_142529" align="aligncenter" width="640" caption="kemuning"][/caption] Hamparan hijau sepanjang mata memandang. Langit mendung. Di ujung sana ada guratan indah berwarna coklat yang memanjang membentuk lukisan keindahan membuat decak kagum. Gunung Lawu berdiri tinggi menjulang dengan kokoh. Pucuknya masih tak kelihatan karena ditutup kabut. Butir hujan jatuh perlahan menambah pesona kebun teh kemuning yang asri dan menentramkan hati. [caption id="attachment_142530" align="alignright" width="300" caption="bersama istri (dok. pribadi)"][/caption] Di antara hamparan kebuh teh yang luas itu ada sebuah sawung, gubuk kecil, yang bersih dan rapi. Ada sebuah meja kecil di tengah sawung.  Aroma ikan bakar di atas meja benar-benar menerbitkan selera. Seduhan lemon tea panas ikut membantu menghilangkan dingin. Kami seruput sedikit demi sedkit sembari terus bercerita dan memandang keluar. Secuil demi secuill kami ambil ikan bakar, sambil mencelupkannya pada sambal manis pedas. Dari tempat itulah kami menyaksikan sketsa lukisan alam yang luar biasa indahnya Sebagai orang desa, saya dan istri tidak aneh dengan pamandangan alam yang menghijau, nyiur yang melambai, sawah terbentang, padang ilalang, dan cerah mentari di balik pekatnya kabut. Pun kami tidak asing lagi dengan debur ombak di lautan, bentang biru permadani alam semesta, semilir angin laut dan angin darat yang bertiup perlahan, atau amuk deru badai yang membawa kabar prahara . Atau suasana pekat di keheningan malam di bawah temaram gemintang yang menebar cahaya di berbagai penjuru langit. Namun kali ini memang lain daripada yang lain. Kebun Teh Kemuning menyodorkan pemandangan surgawi; kebun yang hijau, di bawahnya mengalir air sungai yang jernih. Untuk mencapai tempat itu kami melewati jalanan yang berliku; antara tikungan tajam, turunan curam atau tanjakan yang terjal. Motor beat merah melaju dengan mantap. Di depan kami ada Ahmad Sulthoni, sahabat kami di PMIK dulu yang sekarang telah menjadi pembimbing tahfiz di Pondoh Tahfiz 'Isy Karima. Ialah yang menemani kami dalam perjalanan indah kali ini. Kebun teh kemuning ini terletak di Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, 40 km dari kota Surakarta. Luas lahan yang aktif berproduksi perkebunan ini adalah 392 hektar, dari total seluas 437 hektar. Sisanya untuk pabrik pengolahan teh, pembibitan, emplasemen dan rumah dinas atau rumah tinggal. Dari lahan aktif, bisa dihasilkan 12 hingga 15 ton daun teh basah. Suasana sejuk tiba-tiba menyeruak ketika kami memasuki Karang Anyar. Berbeda dengan kondisi udara di Solo yang lumayan panas. Waktu sudah jam sepuluh, namun suasana serupa seusai shalat shubuh. Perjalanan ini memang jauh, menantang, namun tidak melelahkan. Lingkarang tangan istri ketika motor melaju kencang menghilangkan segala kepenatan. Honda beat merah ikut menikmati kebahagiaan ini (wuahahaha... lebay..) Keindahan ini mengingatkan kami tentang Surga. Ah alangkah indahnya ia, dan alangkah nikmat kehidupan para penghuninya di sana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline