Lihat ke Halaman Asli

Joy Derry Sasmita

menulis untuk mengabdikan diri, dan mengabadikan sejarah

Corona Mengingatkan Setiap Diri Punya Ajal

Diperbarui: 5 Agustus 2020   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat memajukannya"

Setiap diri punya ajal, setiap umat punya ajal, bahkan setiap bangsa punya ajal.  Ketika ajal itu datang maka tidak ada kekuatan apapun yang dapat merubahnya. Tentunya kita bisa mendefinisikan apa itu ajal. Disinilah letak keadilan hukum kepastian Alam dari Tuhan sang pencipta (Kholiq). 

Sunnatullah (tradisi Allah) pasti berlaku dan selalu terikat dengan waktu (saah) yang senantiasa bergerak sesuai dengan hukum kesetimbangan (mizan). Alam tidak mungkin berdusta, alam akan selalu menjadi hakim paling adil, karena alam telah dan selalu tunduk patuh (aslim, aslama) pada garis ketetapan sang Pencipta. Virus  bagian dari alam, terlepas perdebatan virus mahluk hidup atau bukan. Jika dikatakan hidup, dia punya fungsi, begitupun jika dikatakan mati,  dia juga tetap punya fungsi. Tidak ada yang tidak bermanfaat(bathil) dari apa yang diciptakan Tuhan. 

Namun, hanya pada dimensi manusia-lah, 'disunnahkan' sebuah pilihan. karena manusia adalah mahluk yang dilengkapi akal pikiran. Nantinya, apakah akal akan difungsikan untuk mengikuti aturan dan hukum alam, atau difungsikan untuk menentang (kafir) hukum alam. Hukum alam tentunya sudah pasti hukum Tuhan. Tuhan dan Alam adalah hal yang tak terpisahkan (Tauhid), Tuhan menjadi dimensi bathiniyah (Ghoib), sementara alam menjadi dimensi lahiriah (zohir). Secara objektif dan ilmiah, Alam adalah simbol dari eksistensi keberadaan Tuhan. Jadi hukum alam ya hukum Tuhan.  Karena sejati hukum tersebut adalah hukum Tuhan, bukan hukum buatan manusia atau kesepakatan bangsa bangsa. Maka siapapun yang menentang hukum kepastian alam pasti mati atau musnah. Hal itu telah menjadi ketetapan yang tidak bisa berubah (la tabdillah).

Kembali ke virus. Virus menjadi bagian dari alam dan kehidupan semesta ini, virus hidup seperti batu, tubuhnya sangat amat kecil, bahkan lebih kecil dari bakteri dan sel. Virus tidak punya tindakan berdasarkan hasil keinginan sendiri yang kontinyu, berbeda dengan sel yang jelas jelas hidup dan memiliki organel. Virus bisa dikatakan hidup karena dilengkapi materi genetis, apakah hanya RNA saja  atau Hanya DNA saja. 

Itupun karena manusia memang suka sekali mengelompokkan segala sesuatunya sehingga manusia bisa mendefinisikannya. Padahal alam semesta ini tak terbatas ilmunya. Jika lihat dari konteks sejarah, dari dulu yang namanya wabah penyakit, baik virus ataupun bakteri itu pasti ada dan menyerang suatu wilayah, bahkan menjadi pandemik. Di setiap zaman ada wabah yang menyerang. Hal itu telah menjadi tradisi Tuhan yang berlaku di alam, takkala pada zaman yang diberi kekuasaan tidak mengatur alam dengan benar, dan sesuai dengan hukum kepastian alam. 

Sebagai contoh :

1. Pnemonia dan Kolera sudah ada sejak zaman yunani kuno dan tercatat dalam catatan hipocrates

2. Tifus 430 SM sejak zaman yunani, bahkan yunani kalah perang dengan sparta karena wabah ini.

3. Kusta 1550 SM menyerang mesir kuno

4. Cacar 1157 SM menyerang mesir bahkan firaun (Ramses V) mati karena virus ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline