Dalam kehidupan keluarga di pedesaan yang serba terbatas, literasi sering kali dianggap sebagai kebutuhan sekunder. Padahal, literasi keluarga memiliki peran penting dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi berikutnya. Kisah sebuah keluarga di desa yang mengandalkan penghasilan sebagai kuli bangunan dan seorang ibu rumah tangga bisa menjadi contoh bagaimana keterbatasan bukanlah halangan untuk menciptakan lingkungan literasi.
Potret Kehidupan Keluarga di Desa
Keluarga ini tinggal di sebuah desa terpencil, dengan penghasilan yang sangat terbatas. Sang ayah bekerja sebagai kuli bangunan, sementara sang ibu sepenuhnya mengurus rumah dan anak-anaknya. Dalam keterbatasan ekonomi, mereka mengandalkan kayu bakar untuk memasak, yang menambah tantangan kehidupan sehari-hari.
Namun, di balik kesederhanaan ini, ada harapan besar yang tertanam dalam upaya mereka membangun literasi dalam keluarga. Meski pendapatan yang diperoleh tidak seberapa, mereka sadar bahwa pendidikan dan kemampuan membaca adalah kunci untuk memperbaiki masa depan anak-anak mereka.
Literasi Sebagai Investasi Masa Depan
Bagi keluarga ini, literasi bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga memahami informasi dan menggunakannya untuk mengubah keadaan hidup mereka. Dengan keterbatasan ekonomi, mereka tidak memiliki akses ke banyak buku atau perangkat elektronik seperti laptop atau ponsel pintar. Namun, ini tidak menghalangi mereka untuk memberikan pendidikan literasi bagi anak-anak.
Sang ibu, meski hanya ibu rumah tangga, secara rutin membacakan cerita dari buku-buku yang sederhana. Buku-buku tersebut sebagian besar dipinjam dari perpustakaan desa atau bahkan dibuat sendiri dengan menulis cerita di kertas-kertas bekas. Melalui kegiatan ini, anak-anak mulai mengenal huruf, angka, dan kosakata yang akan sangat berguna dalam kehidupan mereka kelak.
Tantangan Literasi di Pedesaan
Kehidupan di desa seringkali membuat keluarga seperti ini menghadapi tantangan besar dalam membangun literasi. Minimnya akses ke buku, perpustakaan, dan sumber daya belajar adalah hambatan utama. Selain itu, keterbatasan waktu dan tenaga dari orang tua yang sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan dasar membuat proses pembelajaran anak menjadi terhambat.
Namun, yang menarik adalah bagaimana keluarga ini menyiasati keterbatasan tersebut. Mereka menggunakan bahan-bahan sederhana seperti papan kayu untuk menulis huruf atau bahkan daun-daun kering untuk mengajarkan anak mengenal alam sambil memperkaya kosakata mereka.
Peran Komunitas dan Lingkungan Sekitar