Lihat ke Halaman Asli

Favoritisme, Saling Iri Antarkompasianer

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Macem macemlah Kompasiner yang kakek perhatiken. Dimana ada kompasianer yang suka menulis dengan kalbu yang mana membuat kakek merasa terharu. Dimana ada lagi kompasianer yang senang menulis dengan otak, yang mana yang demikian ini membuat benak kakek menjadi bergejolak. Hal mana semua ini membuat kakek bahagia, dimana kakek jadi lupa bilamananya usia sudah tua bangka.

Cuma ada yang kakek sedihken, yang mana ada kompasianer suka iri irian and ribut ributan. Hal apa yang menjadiken semua ini, tak lain gara gara ada perlombaan pavorit pavoritan di Kompasiana. Yang mana bahkan sampai ada cucu kakek yang kesurupan pavorit. Dimana pagi siang sore malam cuma bicara pavorit. Menyanyi terdengar lagu pavorit, tertawa membahak pavorit, bahkan kentutpun terdesis pavoritsss .

Ndak taulah kenapa cucu kakek jadi kesurupan pavorit seperti ini. Yang mana yang mendapetken hadiah pavorit bilamananya di centil ngamuknya bukan kepalang. Dimana gelas dan piring pada dibanting, hal mana seluruh dunia dikira iri sekaligus miring . Sama halnya dengan yang kurang beruntung tidak mendapat gelar pavorit. Kritiknya bukan kepalang, serangannya terdengar garang, suaranya terpekik lantang. Dimana kakek sadari, bahwa semua ini tujuannya cuma ingin dipuji. Agar hidung jadi melebar segede jempol kaki, yang mana ingus jadi keluar masuk seperti yoyo, biar terdengar  sroop..sroop ..sroop ..begitulah bunyinya.

Tapi sudahlah kakek yang tua bangka ini harus mawas diri. Dimana ini hanyalah sekedar dunia maya, bilamananya kakek marah, yang tersemprot adalah wajah kakek sendiri. Bilamananya kakek membenci, yang terluka adalah hati kakek sendiri. Bilamananya kakek mengiri, yang paling dengki adalah diri kakek sendiri. Bilamananya kakek mencinta, kekasih kakek adalah bayangan nenek sendiri. Bilamananya kakek berbangga, yang tambah besar cuma lubang hidung kakek sendiri. Bilamananya kakek tertawa, yang paling lucu adalah gigi kakek sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline