Lihat ke Halaman Asli

Boby Piliang

Asisten Staf Khusus Ketua DPD RI

Pesan Penting SBY Saat Silaturahmi Kader Demokrat di Kepri

Diperbarui: 26 April 2017   00:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pekan lalu, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan putranya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertandang ke Kepulauan Riau. Di sela-sela lawatannya, SBY menyempatkan diri untuk bersilaturahmi dengan para kader Partai Demokrat negeri “Melayu Kepulauan” ini. Sebagaimana galibnya, SBY hadir dengan gagasan dan pesan politik yang santun, bernas dan menginspirasi; termasuk dalam menyikapi kekalahan.

Dalam berkian pesan yang disampaikan SBY dalam silaturahmi itu, saya mencatat satu hal penting; yaitu bagaimana cara bijak dan cerdas dalam kekalahan. Setidaknya ada dua pokok penting dibalik nasihat Presiden RI ke-6 ini.

Pertama, sometimes we win, sometimes we learn –terkadang kita menang, terkadang kita belajar. Apabila menang, jangan lupa daratan. Sekiranya kalah, segeralah lakukan introspeksi dan mawas diri mengapa kalah. SBY menegaskan bahwa kekalahan bukan berarti harus terpuruk. Sesungguhnya, dari kekalahan kita dapat banyak belajar agar di masa depan, dalam kompetisi berikutnya kita bisa menang.

Kedua, kekalahan adalah sukses yang tertunda. Ini bukan tanpa syarat. Ini hanya berlaku asalkan kita ikhlas menerima kekalahan. Jangan hanya pandai menyalahkan pihak lain. Pandai-pandailah dalam menyikapi dan memetik pelajaran dari suatu kekalahan.

Semua mengetahui Partai Demokrat dalam perjalanan sejarahnya kerap mendulang kemenangan gemilang, namun ada juga beberapa kekalahan. Partai Demokrat sempat menjadi the rising star pada Pileg 2004; pileg pertama yang diikutinya. Pada Pileg 2009, Partai Demokrat meroket sehingga menjadi pemenang pemilu. Kendati dihantam prahara, Partai Demokrat masih tegak di peringkat keempat pada Pileg 2014. Fenomena dinamis ini juga ditemukan di aras Pilkada yang diikuti oleh Partai Demokrat.

Nasihat SBY terang bukan omong kosong. Terlebih menimbang segudang pengalaman SBY dalam menikmati pelbagai kemenangan dan juga kekalahan dalam kontestasi politik. Jikalau ingatan kita silap, izinkan saya mengingatkan bahwa SBY juga pernah kalah. Dia tersungkur dalam Pemilihan Wakil Presiden di tahun 2001. Waktu itu pemilihan masih bersifat tidak langsung, MPR yang melakukannya.  

Pagi hari selepas kekalahannya di putaran kedua oleh Hamzah Haz, SBY menggelar konferensi pers. Didampingi Ani Yudhoyono, SBY menegaskan dirinya mengakui kekalahannya dan pemilihan yang dilaksanakan tadi malam sah. Dan kepada pendukungnya, SBY berpesan.

“Saya meminta maaf kepada pendukung, karena saya belum bisa mewujudkan keinginan saudara. saya mengajak Saudara semua untuk mendukung wakil presiden terpilih”.

Nyatanya, SBY pantang terpuruk. Dia belajar dari kekalahan. Tiga tahun berselang, pada Pilpres 2004 kita sama-sama menyaksikan. Dengan didukung oleh 15 persen suara koalisi parpol, sementara Megawati diusung oleh 70 persen suara koalisi parpol; SBY mendapat mandat dari rakyat sebagai presiden Indonesia pertama yang dipilih secara langsung.

Tentu saja kemenangan ini tidak ujug-ujug. SBY pasti mengenang kekalahan dan kesalahannya di tahun 2001 silam. SBY melakukan kalkulasi dan analisis seberapa besar peluangnya untuk berhasil, jika mencalonkan diri sebagai capres 2004. Dan keputusannya terbukti benar.

Nasihat yang disampaikan SBY dari hati ke hati ini patut didengar dan dicamkan dalam hati. Bukan hanya bagi kader dan simpatisan Partai Demokrat, tetapi segenap tumpah darah Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline