Lihat ke Halaman Asli

Boby Piliang

Asisten Staf Khusus Ketua DPD RI

Twitter, Ahok dan Energi Kita yang Terbuang Sia-sia

Diperbarui: 29 November 2016   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama lebih dari dua bulan ini, atau mungkin juga jauh lebih lama, energi kita (sebagian besar orang Indonesia) dihabiskan untuk membahas hal percuma yang bernama Ahok, nama lain dari Gubernur DKI Jakarta (Non Akif) Basuki Tjahaja Purnama. Ahok menjadi buah bibir dan pembahasan semua orang baik di media sosial seperti Twiter, Facebok, Youtube, Instagram dan Path maupin di dunia nyata.

Ahok menjadi fenomena, puluhan pendukungnya di dunia maya memberinya semangat, sementara tak kalah jumlah, ratusan akun juagmembencinya. Tapi itulah namanya hidup, Ahok dpuja sekelompok orang, namun disisi lain, Ahok dibenci.

Sebenarnya kemarahan kepada Ahok tidak dimulai dari pidatonya di Kepulauan Seribu itu saja, Ahok sudah ditentang jauh sebelum itu. Ia sudah menjadi musuh bersama, meminam istilah Zeng Wei Jian seorang aktifis yang berasal dari etnis Tiongha sejak lama. Persisnya memang tidak ada yang ingat. Ahok bukannya tidak tahu akan hal itu, ia sadar betul kalau dibaik pemujanya yang tersebar dimana mana bahkan dunia maya, ia tahu persis kelompok mana yang tidak menginginkannya menjabat Gubernur melanjutkan kepemimpinanya di Balaikota sejak 2014 lalu.

Selama itu pulalah energi sebagian besar kita terbuang percuma untuk membicakan seorang Ahok, setiap kalimatnya yang diviral di media sosial menyedot energi kita untuk saling menanggapi mulai dari yang positif dan negatif. Situasi ini makin tidak kondunsif.

Ahok bukan tidak pernah diingatkan. Tidak sekali dua kali Dia dicolek agar menjaga lidahnya. Buya Syafi’i Maarif, Cendikiawan Muslim dan Mantan Ketum PP Muhammadyah pernah berujar bahwa Ahok tidak mengerti agama.

Akun akun di jejaring sosial Twitter membabi buta mendukung Ahok dan mencerca setiap lawan lawan sang junjungan. Bahkan Mantan Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono seakan tidak mereka anggap meski menjabat sebagai Presiden/Kepala Negara/Kepala Pemerintahan selama 10 tahun. Sekali lagi, energi kita dihabiskan untuk mencaci dan membalas makian. Sungguh inilah Indonesia saat ini.

Pertanyaan kemudian sampai kapan kita menjalai hari hari ini. Seorang teman pengamat yang bekerja di sebuah lembaga Think Tank terkemuka mengatakan kepada saya, ini akan berangsung lama dan dalam jangka waktu yang panjang. “Ini Pilkada rasa Pilpres” kata teman yang lain. Ya, Pilkada DKI ini persis sepeti Pilpres tahun 2014 lalu. Bedanya, di tahun 2014, yang bersaing dan saling caci di medsos hanyalah kubu Jokowi melawan kubu Prabowo, kini ada tiga pasang calon Gubernur yang bertarung.

Bagi saya, alih-alih mendapatkan simpati dari pemilih, “kehebohan” di media sosial ini justru membawa petaka bagi masyaraat di dunia nyata. Karena di dunia nyata pemilih cenderung merasa bosan dengan cuitan akun-akun timses pasangan Cagub/Cawagub.

Saya pribadi, menilai akun akun pro Ahok (Maaf kalau tidak setuju), cenderung menyerang SBY, padahal yang maju bersaing di Pilkada DKI adalah Agus. Apa hubungannya antara SBY yang bapaknya Agus Harimurti Yudhoyono maju di Pilkada. Memangnya ada dosanya anak SBY, yaitu Agus maju di Pilkada DKI.

Akun akun itu, sekali lagi lebih menghabiskan waktu untuk menyerang SBY dan pasangan Agus-Sylvi daripada memamerkan program mereka. Tudingan demi tudingan terhadap SBY mulai dari fitnah sebagai penyandang dana Aksi Bela Islam II, sampai tuduhan SBY sebagai provokator aksi demo hanya karena menggelar konferensi pers dua hari sebelum Aksi Bela Islam II tanggal 4 November (4-11).

Mereka, para pembuat gambar itu sepetti diberkahi kreatifitas yang sangat tinggi dan energi melimpah namun sayang, disalahgunakan untuk menebar kebencian. Dan sialnya kita menari di gendang yang mereka tabuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline