Lihat ke Halaman Asli

Anak, Hamil dan Keluarga adalah Semangat bukan Hambatan Studi

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun ini adalah tahun keempat saya kuliah S3 di bidang komputasi di Universitas Negeri daerah Jabodetabek. Sebenarnya semester ini saya tinggal menjalani Sidang terbuka atau dikenal dengan Promosi. Cukup lelah sebenarnya menjalankan peran ganda, sebagai mahasiswa dan sebagai seorang ibu. Semoga fase ini bisa saya selesaikan dengan baik dan jadwal Promosi saya segera keluar karena kebetulan dalam beberapa minggu ini sangat sulit mempertemukan jadwal7 orang, dengan 2 orang penguji dari luar kampus dan 5 orang dosen dalam kampus.

Catatan ini tidak akan saya isi dengan keluhan karena kebaikan dengan menyebar keluhan lebih sedikit daripada menyebar semangat. Catatan ini buat Ibu-ibu, wanita yang mungkin sempat down atau mundur untuk terus belajar karena tugas seorang ibu atau istri. Buat teman-teman saya, para ibu dan wanita yang ingin terus belajar, yuk kita semangat!

Tahun 2010, saya hampir mundur dari studi saya, mau mundur bahkan sebelum dimulai. Penyebabnya adalah saat saya menemui Ko-promotor saya, ada kejadian diluar dugaan sehingga saya terpaksa membawa anak saya karena tidak memungkinkan saya tinggal anak saya. Saat itu serba salah, membatalkan tiba-tiba juga tidak baik, membawa anak juga tidak baik. Saya tetap berusaha datang dengan membawa anak ( 2tahun dan saat saya bawa diam dan tidur) dengan bermaksud tetap berusaha menujunkkan itikad baik dan keseriusan saya untuk sekolah. Satu minggu kemudian dosen saya tersebut tidak mau menemui, hingga beberapa hari kemudian bersedia menemui dan marah besar dan merasa saya tidak menghormatinya dengan menghadap dosen membawa anak. Saat menghadap beliau tidak ada tanda-tanda keberatan dan saat saya meminta izin membawa anak, beliau ok saja dan mengizinkan. Cukup panjang lebar saya dengar kalimat mutiara beliau dengan intonasi tinggi. Saya sadar saya salah dan mohon maaf sebesar-besarnya, tapi dosen saya tetap marah. Salah satu kalimat yang saya ingat “ Saya sudah keliling di banyak negara, baru di sini saya ketemu mahasiswa menemui dosennya dengan membawa anaknya. Kamu harus memilih sekolah atau keluarga, tidak bisa jalan dua-duanya.” Saya hanya diam dan terus meminta maaf. Baiklah kalau memang saya musti mundur, saya akan mundur, dan semoga spp dan uang pangkal yang sudah saya bayar bisa kembali krn kuliah dimulai masih 1 bulan lagi. Walau saya mendapat beasiswa, tetapi sudah banyak diketahuin kalau beasiswa dari Dikti tidak pernah turun diawal, artinya untuk membayar spp awal semester dan uang pangkal kita harus merogoh kocek sendiri. Tapi kalau saya mundur artinya uang yang sudah saya bayar tidak akan diganti oleh beasiswa, jadi saya harus mengurus untuk pengembalian karena nominalnya sangat lumayan bagi saya. Saat saya mau mengurus apakah bisa dikembalikan uang spp dan uang pangkal saya, akhirnya ada arahan dari Kaprodi agar saya ganti dosen saja tidak perlu mundur. Alhamdulillah dosen yang menjadi kaprodi saat itu sangat baik dan bijak. FYI saya S2 juga lulusan kampus ini. Akhirnya saya lanjut.

Memang benar menjalani peran sebagai mahasiswa dan ibu/istri tidak mudah. Apalagi untuk kuliah S3. Kalau dulu kuliah S2 saya bahkan masih bisa sambil mengajar, sedangkan kuliah S3 saya harus ekstra keras berusaha. Kebetulan saya mendapat dosen pengganti yang sangat aktif riset. Dan kebetulan yang kedua dosen tersebut juga anggota lab tempat saya belajar waktu S2 dulu yang kebetulan Lab tersebut sekarang tidak ada lagi karena suatu alasan. Sejak 1 bulan sebelum kuliah mulai saya sudah diminta mau memilih salah satu dari sekian banyak riset beliau. Saya pilih topik Biomedis. Beliau meminta saya gabung di lab beliau minimal seminggu 3x dan mulai hari itu. Dengan load pekerjaan riset yang padat saya harus mengatur waktu dengan baik krn saya juga ingin anak saya keurus dengan baik. Satu-satunya cara saya mengurangi jam tidur saya. Baru saat ini saya menjalani hidup dengan tidur yang sangat terbatas. Pagi jam 06:00 berangkat ke kampus menggunakan commuterline, sampai kampus jam 08:00. Jam 16:30 pulang dan sampai rumah jam 18:00 langsung jemput anak di daycare. Selama di rumah selama anak saya belum tidur saya akan mendampingi anak saya bermain. Jam 21:30 biasanya anak saya tertidur dengan rutinitas membacakan buku. Saya akan ikut istirahat dan set alarm jam 23:00. Jam itulah saya baru mulai buka paper, baca buku dan melakukan eksperimen. Jam 02:00 atau jam 03:00 saya baru tidur lagi, dan jam 04:30 mulai bangun lagi untuk sholat kemudian memasak dan siapkan keperluan untuk anak saya ke daycare dan suami saya serta saya sendiri. Kadang saya memasak sambil menjalankan eksperimen atau ngoding. Tahun bertama benar-benar harus merubah pola hidup dengan drastic apalagi dosen saya membuat target yang cukup mebuat mahasiswanya harus terus berlari. Menjelang deadline laporan riset lap, kami harus marathon dan selesai dengan cepat. Tahun pertama benar-benar saya belajar menjadi peneliti di Indonesia dimana deadline suka mendadak. Saya belum menyentuk topic disertasi. Baru akhir semester kedua saya diminta menentukan mau mengerjakan apa dan memapaarkan ide saya. Agak berat juga karena beliau minta saya membaca banyak paper dan memaparkan ke beliau. Dan sepertinya Tuhan ingin saya belajar mengelola waktu lagi, awal semester 3 saya hamil anak kedua. Rasanya campur aduk saat itu, saya takut saya tidak bisa menjalaninya. Tapi bismillah pasti Allah punya rencana lebih baik bagi saya. Alhamdulillah cukup lancer hamil saat itu, tetap menjalani seperti biasa hanya bedanya ada si kecil dalam perut sehingga saya harus menjaga pola makan saya. Jujur kalau mengubah pola tidur tidak memungkinkan. Akhirnya akhir Desember beliau memberikan instruksi saya maju ujian proposal dan kualifikasi. Tahun baru tidak ada terompet tahun baru tapi ledakan kejutan karena harus menyelesaikan proposal dalam waktu cepat beserta presentasinya. Alhamdulillah semester tiga sudah lulus Proposal dan kualifikasi. Semester keempat anak saya lahir dan tanpa cuti karena saya harus terus melaporkan progress riset saya dan menjalankan riset lab dosen saya. Alhamdulillah Allah memberikan kemudahan sehingga saya bisa tetap memberikan ASIX walau harus kejar tayang dengan progress riset dan tiap ke kampus harus menjaga kondisi tubuhn agar bisa meninggalkan ASIP tiap saya ke kampus. Semester 6 saya selesai ujian seminar hasil penelitian. Alhamdulillah. Dan ternyata Allah menginginkan saya belajar membagi waktu lagi, saya hamil anak ketiga. Walau sudak KB tetap saya Allah lebih dari segala rencana. Saya sempat menangis krn anak kedua masih 1.5 th dan saya harus segera selesai kuliah saya krn beasiswa saya terbatas.

Hamil anak ketiga jg Alhamdulillah lancar dan sehat bahkan saya di kampus hingga malam hari karena harus mengejar untuk ujian tertutup atau pra promosi semester tersebut. Semester 7 saya menjalani ujian tertutup. Alhamdulillah terlewati dengan baik. Sebenarnya langsung mau ujian terbuka, tetapi belum dapat waktu pas dan saya sudah melahirkan anak saya ketiga. Sekarang saya sudah mulai kembali ke kampus menyiapkan Promosi, sayangnya belum ada tanggal yang cocok untuk semua dosen saya, kebetulan salah satu tidak bisa secara bergantian karena ke luar negeri. Semoga segera mendapat tanggal yang cocok. Alhamdulillah dengan usaha ekstra, dan tinggal sedikit tahapan lagi saya menyelesaikan studi ini dengan 10 publikasi internasional, 8 international conference dan 2 international journal. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kedua supervisor saya khusunya ko-promotor karena ‘sentilan’nya saya bisa menyelesaikan dengan rentetan publikasi dan banyak hal yang saya pelajari.

Jadi buat teman-teman yang menjadi seorang ibu, tetap semangat! Memiliki anak atau hamil insya Allah bukan penhalang kita belajar. Kita niatkan dan berusaha yang terbaik dan semampu kita insya Allah kita bisa menjalaninya. Jika dikatakan tak bisa jalan keduanya, mohon jangan pesimis, terus berusaha sebisa kita. Semangat selalu ya dan mohon do’anya agar saya bisa menjalani promosi dengan baik dan segera mendapat jadwal, agar resmi saya menyelesaikan perjuangan ini. Agar tak sia-sia waktu yang diberikan anak saya pada saya dan waktu suami saya. Termasuk beasiswa yang sudah diberikan untuk saya. Wanita dengan pendidikan tinggi kenapa tidak? Kuliah dengan menjadi ibu kenapa tidak? Tetap semangat untuk mendapatkan ilmu dan menjadi ibu dan istri yang baik. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline