Kala itu masa PPDB adalah masa yang tidak bisa dilupakan.Bagaimana bisa dilupakan?...
Pada saat itu,waktu tidur diisi dengan doa memohon harap yang terbaik kepada Tuhan.Waktu pagi dan siangnya mencoba mengisi hal-hal positif untuk menjernihkan pikiran sehabis bergelut dengan rencana.Hati dan fikiran kala itu,menjadi letih dan lemas bak seorang pekerja kuli panggul.Tak pegang beban namun,melelahkan.3 hari kami pelajar digantung hatinya,eitts tepatnya nasibnya.
Bagaimana tidak?...
Nilai menjadi acuan dan daya saing dalam memperebutkan satu bangku.Padahal, waktu kecil dengan polosnya saya bertanya dengan mamah. "Mah,kenapa sih temen-temen yang udah masuk sekolah,ngomonginnya takut ga kebagian bangku?...".lalu,saat itu mama menjelaskan kepadaku.Ya...meskipun aku tak paham dengan jelas namun,intinya takut tidak bisa duduk nanti di sekolah.Hal itulah yang aku takutkan saat itu,tidak punya kuris untuk duduk di sekolah nanti.Sampai-sampai dengan polosnya aku membeli kursi untuk persiapan sekolah SD nanti.Saat ini,saya sudah mengerti dan memahami maksud "memperebutkan bangku".Bahkan tetangga sampai "membayar" demi posisi satu bangku disekolahnya.Begitulah hidup ini,terkadang tidak adil bagi sebagian orang.Sehingga membuat mereka melakukan aksi kecurangan.Bagiku,hal itu tidak perlu dilakukan jika terus berusaha dan belajar.Karena Tuhan tidakpernh meninggalkan hambaNya selama ia mau berusaha,kerja keras dan tentunya berdoa.
Tak terasa 3 hari sudah berlalu,persaingan sudah mereda.Waktu yang tepat untuk melihat hasilnya.Pilihann pertama ternyata masih bertopang dalam tulisan "SELAMAT ANDA DITERIMA DI SMKN 50 JAKARTA,SILAHKAN VERIFIKASI DI SEKOLAH TERSEBUT".Rasanya banggsa,Alhamdulillah pencapaian dan belajar selama ini tidak sia-sia.Kini,saatnya menapaki kaki di sekolah baru bernama SMKN 50.Awal masuk,saya disuguhi oleh pemandangan yang hejo-hejo.Sempat bingung,ko bisa ya ada sekolah yang sebegitu perhatiannya sama tanaman?...
Hebat sih...
2 minggu telah berjalan,saatnya memulai pelajaran dengan serius bersama guru yang belum tahu penampakannya seperti apa.Kala itu,jam pertama di hari senin,mapelnya matematika.Nama gurunya Dedi Dwitagama.Awalnya sih saya heran,kenapa guru yang satu ini menyuruh saya dan teman dikelas mencari nama dan biodatanya di internet,tepatnya google.Lalu,kami harus memperkenalkan siapa guru yang dihadapan kita,langsung didepan wajahnya pak Dedi.Aneh sih,karena namanya juga kenalan,ya harusnya dmulai dari diri sendiri yang memperkenalkan ke orang lain.Dalam artin orang lain disini adalah murid.Tapi ini,justru murid yang disuruh meperkenalkan Pak Dedi lewat internet di hadapan Pak Dedi.Tapi,dari sisi pengajar orangnya memang ramah,easy going,juga memang punya cara tersendiri untuk bisa akrab dengan anak-anak murid disekolah.Meski terkadang saya sempat bingung,karena pernah dalam 2 jam hanya membahas 1 soal dan sisa waktu lainnya tebuang untuk bercerita dan berbagi pengalalaman.
Namun,teman-temanku tetap tertawa melepas kesusahan matematika yang bersifat kaku kala itu.Fikirku pertama kali saat melihat guruyang easy going seperti Pak Dedi "mungin ini adalah salah satu cara agar murid-murid bisa menyukai matematika,dan memandang matematika tidak sulitdan menakutkan.Semenjak bertemu dengan guru bernama Pak Dedi ini,memang belajarnya tanpa beban yang teramat berat.
Bagian foto diatas adalah gambaran tugas pertama dari pertemuan pertama dari guru pertama yang pernah saya temui hanya di #SMKN50JAKARTA.Penasaran seperti apa?...
kepoin aja IG nya heheh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H