Profesor Kumba dari Universitas Nasional (UNAS) diduga melakukan plagiarisme terhadap penelitian para akademisi Malaysia. Tindakan ini merugikan peneliti asli dan mencoreng nama baik dunia akademik. Selain merugikan peneliti asli, plagiarisme juga merusak kepercayaan publik terhadap dunia akademik.
Plagiarisme merampas hasil jerih payah intelektual peneliti lain. Tindakan ini tidak hanya merugikan secara materi, tetapi juga merusak reputasi dan kepercayaan dalam dunia akademik.
Menurut laporan Retraction Watch yang dikutip Kompas.tv, para akademisi Malaysia yang menjadi korban plagiarisme juga telah memberikan pernyataan resmi yang membenarkan bahwa mereka tidak pernah bekerja sama dengan Profesor Kumba. Para akademisi Malaysia terkejut menemukan nama mereka dalam makalah karya Profesor Kumba tanpa sepengetahuan mereka.
Profesor Kumba telah membantah tuduhan plagiarisme tersebut dan menyatakan bahwa laporan Retraction Watch merupakan laporan sepihak. Namun, persentase kemiripan penelitian yang mencapai 96-97% merupakan indikasi kuat bahwa telah terjadi pelanggaran hak cipta.
Plagiarisme dalam dunia akademik dapat diibaratkan seperti seorang pelukis yang mengklaim karya lukisan orang lain sebagai karyanya sendiri. Meskipun teknik melukisnya mungkin sama, namun nilai seni dan orisinalitas dari sebuah karya terletak pada ide dan kreativitas yang unik. Sama halnya dengan penelitian, ide dan temuan baru merupakan hasil dari proses berpikir yang panjang dan mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H