Lihat ke Halaman Asli

Kahlil Ahmad Gibran

Mahasiswa Filsafat yang suka Sambat

Kita Lebih Memilih Takut daripada Mencintai

Diperbarui: 27 April 2020   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Momen Ramadhan ini menjadi titik dimana segala perbuatan kebaikan kita dilimpahkan balasannya, dan diampuni pula segala perbuatan yang menimbulkan dosa. Tapi disini saya tidak akan membahas keutamaan bulan Ramadhan karena kita semua pasti tahu keutamaan bulan tersebut, kali ini saya akan membahas inti dari ibadah kita, serta tujuan ibadah.

Pernahkah terpikir sekalipun ketika kita hendak melaksanakan ibadah ataupun selesai beribadah, bahwa apa tujuan kita beribadah? Untuk apa kita beribadah? Jikalau dijawab dengan bahwa kita diciptakan untuk menghamba itu sudah benar, tapi seringkali kita tidak memahami esensi menghamba tersebut. Dewasa ini jika kita bertanya ke sebagian besar orang, apa sebab kamu beribadah? Maka dijawab "untuk mendapat surga", "untuk mendapat pahala", "agar tidak diazab" dll. Saya tidak akan melabeli bahwa niat ini salah, tapi mungkin lebih terkesan materialistis.

Itulah kenapa saya sebut ibadah kita tidak memahami esensi ibadah tersebut, jika kita memahami keseluruhan niat kita dalam ibadah maka ucapan materialistis tersebut tidak akan keluar dalam mulut kita. Padahal setiap berniat kita sudah mengucapkan tujuan dan untuk apa kita beribadah, "untuk Allah semata". Jika niat ini sudah terucap, maka tidak ada tujuan lain yang harus dicapai. Karena Surga, pahala akan diberi jika kita mendapat ridho-Nya.

Lalu, saya agak terganggu dengan ucapan "takut diazab Allah" ketika kita lalai beribadah. Saya paham azab itu ada, tapi mengapa akhirnya azab itu menjadi generalisasi sifat Allah agar kita beribadah? Seakan-akan Allah adalah Dzat yang kejam dan tidak berbelas kasih. Mengapa tidak kita ganti dengan kalimat "saya takut mengkhianati cinta Allah"? Sungguh pun itu lebih enak didengar dan lebih memunculkan keikhlasan dalam hati, toh lagipula tanda cinta Allah lebih banyak kita temukan daripada tanda kemurkaan-Nya dan azab-Nya.

Semoga di bulan puasa ini, ibadah kita dilandasi cinta dan dengan tujuan Allah semata. Karena dengan cinta, ikhlas lebih mudah diraih dan akan diberi keringanan dalam mengerjakan nya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline