Lihat ke Halaman Asli

Nadila, Dongkrak Popularitas Diri atau Polri?

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Fenomena Polisi jilid II. Kalo dulu Briptu Norman, kini Nadila Ernesta. Hanya saja caranya beda. Nadila punya inovasi terkait publikasi dirinya di dunia maya. Tidak dengan mengunggah video ala Norman, tapi mengunggah foto syur dirinya bersama beberapa temannya.

Artis pendatang baru ini bergaya menggunakan topi polisi seronok dengan baju minim. Mabes Polri pun menanggapi foto seronok artis pendatang baru tersebutdan menindak lanjuti foto syur yang telah beredar di internet itu. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Inspektur Jenderal Pol Anton Bahrul Alam mengatakan Polisi  tengah meneliti keaslian foto itu.

Nadila pun terancam diperiksa kepolisian. Ia bisa dikenai pasal 207 KUHP karena melecehkan institusi. Namun hingga kini, Kabag Penerangan Umum Kombespol Boy Rafli Amar mengakubelum mengetahui motif Nadila berfoto seksi dengan menggunakan atribut polisi itu. Ia meminta masyarakat tidak menyalahgunakan atribut polisi untuk hal asusila.

Siapa yang diuntungkan dengan beredarnya foto tersebut? Kalo boleh saya rank :

1.Foto tersebut jelas diupload dengan maksud tertentu. Rating pertama saya tujukan kepada Nadila Ernesta selaku figur seleb. Dengan begitu, popularitasnya sebagai artis pendatang baru kian dikenal masyarakat, pihak entertaint, dll.

2.Penikmat produk sekular-liberal. Kalo ini saya rank di tangga kedua, saya yakin mereka juga bakal diuntungkan. Penikmat foto dan sejenisnya ini punya tameng kokoh di bawah hukum asasi, seni, kekebasan, dll.

3.Pihak polri itu sendiri. Tapi disini saya sedikit ragu. Dari sisi mana keuntungannya. Paling tidak probabilitas sebuah “nama” bisa naik kepermukaan untuk kedua kalinya setelah video lipsync ‘chaiyya chaiyya’ Briptu Norman.

Tidak salah mungkin tindakan yang dilakukan Nadila tersebut. Indonesia sebagai negara demokrasi tentu mengakui adanya kekebasan bertingkahlaku individu, terlepas itu melanggar nilai-nilai susila spiritual atau tidak, kalau terdapat kemaslahatan didalamnya kenapa tidak? semuanya bisa berubah menjadi suatu kebolehan. Hal ini pula yang mungkin dilakukan Nadila, kalau ia bisa lebih tenar dengan cara seperti ini kenapa tidak? Seandainya saja Nadila punya motif ‘baik’ dibalik itu, pihak polri bisa saja menerima dalihnya sebagai ‘bentuk kecintaan kepada polri’. Eww..

Gambaran bobroknya moralitas bangsa. Fenomena-fenomena seperti ini sudah bukan hal baru lagi, ia muncul disaat-saat yang memang diperlukan, saat menjadi pendatang baru atau ketika bintang mulai meredup, saat nama tak lagi 'menjual' atau kondisi-kondisi lain yang menuntut untuk dilakukan.

Beginilah jadinya kalau orientasi hidup hanya berkutat pada nafsu pribadi, kepuasan individu semata. Segala jalan maksiat apapun itu seolah setapak yang berujung di teras istana kehidupan. Semu-nya kebahagiaan dunia ini rela ditukar dengan berjuta kebahagian hakiki kelak. Tubuh, materi, kemampuan semua itu yang hanya titipan, lupakah? Wahai manusia nikmat Tuhanmu yang mana kah yang kamu dustakan?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline