Ada janji pada dahi. Pucuk yang ku pinjam dari sebilah mentari
Pada gurat itu aku memahat. Makna tentang segala; debu yang bertengger ragu,
Peluh yang melepas lepuh, kerut yang tertinggal waktu, dan nyeri sunyi yang sepi
Di dahi itu kau menaruh akhir. Jadi, biarkan aku sibuk membaca. Sisa abjad pada abad.
Aku mendakwanya sebagai saksi. Tentang cerita segala; kau yang menjinakkan lolong malam,
Kau yang luka tanpa berduka, kau yang menyimpan kepergian.
Katamu, doa dan dosa bermesra dalam satu kamar
Kau mengajukkan dahi demi sebuah kecupan. Aku pun raihresapkan kesempatan.
Sebagian menyeberangkan kerinduan, lainnya sisa nafsu kehilangan
Aku mengerti di pinggiran sini, litani lindap ke bumi
Ada bulir air memelintir dahi. Mengiringi kepergian yang sendiri.