Lihat ke Halaman Asli

Asbak

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Ia setia menunggu kapanpun si Tuan berkehendak rebah di celah gelap lorong dekil itu

sebelum lelatu itu terlampau jatuh, terlampau jauh

dan menemukan sebuah kesepian yang utuh.


tetapi di punggung cokelatmu kata orang,

semua yang duduk akan pernah menunggu       dan menuliskan

namanya masing masing di buku tamu.

kami mengeja masing masing mata yang asing   yang

bersembunyi di sebalik lubang kancing baju.

yang lima menit kemudian kami biarkan menjadi kubur batu.

tetapi di punggung cokelatmu kata orang,

masing masing wajah tua yang pernah kami lukis di gerbong kereta,

akan berhenti di stasiun ini. mencopoti aksara aksara yang pernah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline