Lihat ke Halaman Asli

Kaha Anwar

Pengajar, Petani, dan Tukang Ngarit

Inikah Cinta?

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13282973022046533712

Seorang gadis bertanya tentang hubungannya dengan seorang jejaka di sebuah kereta tatkala ia sedang dalam perjalanan. Katanya, “Saya sedang berangkat sekolah. Tiba-tiba di hadapan saya ada beberapa pemuda. Lalu kami pun saling bercengkrama terlibat dalam obrolan. Terkadang saya tertarik dengan salah seorang di antara meraka atau ia yang tertarik dengan saya. Apa ini yang dikatakan cinta?”

“Dari mata lalu turun ke hati”, itu pepatah yang selalu terdengar orang mabuk kepayang cinta, lagi majnun dengan cinta. apakah cinta memang semudah itu prosesnya: dari mata terus turun ke hati? Ataukah cinta memang sesuatu yang sangat-sangat rumit untuk diberi definisi? Jika memang benar cinta sebatas proses pendakian tangga mata-hati, apakah kesohihan atas nama cinta dapat dipertanggung jawabkan di pelatar kesetiaan? Toh, bukankah kebanyakan dari kita memang selalu gampang mudah terkesima pada tatapan pertama? Berapa banyak cinta yang kita labuhkan pada seseorang jika memang cinta sebatas derevasi mata?

Sulit! Mungkin jawaban yang dapat diberikan saat ditanya apakah anda sedang jatuh cinta? cinta memang tak semudah mengungkapakan “aku jatuh cinta”, namun cinta memang ada dan akan selalu ada sepanjang sejarah perjalanan “rasa” manusia. membedakan cinta dan kesemsem (tertarik) memang tidak mudah, kalau dipikir apa yang terjadi pada pandangan pertama hanyalah kesengsem alias keterpesonaan semata. Berapa banyak orang mencoba untuk mengartikan cinta: ada yang mengatakan jika jika tatapan itu menghasilkan roso dredeg, getaran hati yang bukan karena takut, maka itulah cinta.

Sesungguhnya awal tingkatan cinta adalah menganggap baik (istihsan). Istihsan itu pada mulanya melalui pandangan. Memang benar demikian, namun sesugguhnya itu barulah tingkatan pertama cinta. ibnu Hazm mengungkap tentang itu dalam kata-kata yang masyhur:

“Sungguh saya heran terhadap orang yang mengakui ia mencintai (seseorang) setelah melihatnya pertama kali. Bahkan, hampir-hampir saya tidak mempercayainya. Cintanya itu tidak lain kecuali sekedar nafasu belaka. Saya tidak pernah mencintai seorang pun kecuali setelah melewati masa yang cukup lama, ia telah berinteraksi akrab dengan saya pada suatu masa. Dan saya telah menyertainya baik dalam keseriusan maupun guyonan, dalam keadaan senang maupun sedih. Maka, saya takkan melupakan sama sekali cintanya padaku.”

Barang siapa yang mengaku mencintai seseorang ketka baru melihatnya sekali, itu berarti menunjukkan kesabaran yang sedikit, sehingga kesenangannya juga akan cepat berakhir. Begitu pula dalam segala sesuatu hal, semakin cepat tumbuhnya semakin cepat pula hilangnya dan semakin lambat tercapainya semakin lambat pula sirnanya.

Itulah cinta. cinta diperolah melalui proses waktu, lalu merekah dan menjiwai diri kita. Adapun terkait dengan pandangan pertama, itu sebetulnya hanyalah rasa takjub yang berbuah cinta, namun terkadang tidak berbuah cinta, hanya sekedar rasa takjub saja.

Cinta memang dapat merubah segalanya, meski ini hanya sebatas persepsi sang pecinta. Kenyataan banyak yang tengah mabuk cinta dapat lupa daratan, orang cinta dapat dengan entengnya mengatakan “tahi kucing serasa cokelat” menganggap “dunia milik kita berdua yang lain cuma nunut” bahkan tak tanggung-tanggung orang yang kepikat (kasmaran) tidak mempedulikan hari kiamat. Cinta memang mampu melahirkan kata-kata indah nan memikat si bunga pujaan. Sebagaina Qoisnya Laila yang menganggap semilirnya angin mengabarkan harumnya rambut Laila. Jatuh cinta sama saja terperangkap dalam jerat keabsurdan, khayalan setinggi-tingginya, itu perkataan orang yang tidak mengalami yang namanya jatuh cinta. namun, bagi yang jatuh cinta apa yang terucap, dirasa memang benar adanya. Entah apakah cinta memang milik pribadi dan orang lain tak mampu merasakan kecuali sebatas melihat saja?

Mabuk cinta, tulis Kholid Jamal dalam buku ini, tidak akan terjadi kecuali dua hal; pertama, adanya anggapan bahwa sang kekasih menurut pandangannya sangat indah dan mempesona. Kedua, munculnya hasrat yang luar biasa untuk mencapai sang kekasih. Ketika salah satu dari dua hal tersebut menghilang, maka mabuk cinta tidak akan terjadi. Maka dari itu, yang disebut cinta itu adalah cinta yang tumbuh dari dua kalbu secara bersamaan.

Mabuk cinta memang mampu menyeret sesorang lupa segalanya. Orang yang mabuk cinta selalu disibukkan dengan gejolak perasaan yang semakin menghebat, sehingga ‘kekuatan’ terpendam dari seorang pemabuk cinta akan mandeg. Oleh sebab itu, seringkali sangat sulit untuk dicari obatnya dan sulit untuk disembuhkannya. Semua gerak-gerak, sikap, dan orientasi hidupnya akan berubah total.

Buku ini hadir membahas mengenai pernak-pernik cinta. menarik yang disajikan oleh penulis meskipun bahan kajiannya terbilang ‘kuno’ namun dengan diramu dengan bahasa yang sedikit puitis setidaknya buku ini dapat menjadi bahan referensi untuk menuntun dan mengartikan apa itu cinta. saya sendiri lebih menikmati buku ini sebagai kekayaan khasanah tentang lika-liku cinta, sebab cinta memang teka-teki yang hanya orang yang jatuh cintalah yang mampu memahami keadaanya sendiri. selamat membaca!

Judul buku:Ajari Aku Cinta, Renungan Cerdas Menggapai Cinta Sejati

Penulis:DR. Khalid Jamal

Penerbit:Ziyad Visi Media, Surakarta

Tahun Terbit:cetakan 13, 2012

Tebal:152 halaman

Khoirul Anwar@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline