Ketika tau banyak temen saya amat suka membaca artikel yang ada disalah satu buletin populer dipondok saya, ingin sekali rasanya saya mengirimkan tulisan saya dibuletin itu. Lalu setelah diterbitkan munculah tulisan saya, dan herannya kebanyakan dari mereka malah mengejek. Gak tau kenapa lihat nama saya tertera dibawahnya judul tiba-tiba membuat mereka tidak bernafsu baca artikel buletin itu.
Saya tidak pernah merasa pesimis dengan tulisan saya, saya tidak peduli dengan segala kritikan dan ejekan dari teman-teman saya. Justru itu adalah modal yang saya pergunakan untuk selalu menulis terus. Karena dengan berbagai kritikan dan ejekan tersebut saya dapat berfikir dan terus berusaha untuk memperbaiki tulisan saya.
Memanglah pertama-tama saat membaca hasil jadi tulisan saya rasanya seperti “jijik” karena saking tidak karuannya tulisan yang saya buat, maka tak perlu heran bila banyak teman-teman saya yang mengejek. Tapi saya selalu menepis segala fikiran pesimis dalam diri saya, saya tahu bahwa menulis sangat cocok dengan saya. Dan selalu memotivasi diri saya dengan selalu membaca artikel-artikel para penulis baik yang sudah terkenal atau beberapa orang sekitar saya yang sudah mumpuni.
Terkadang pula, ketika salah satu aartikel saya pernah terbit di buletin beberapa teman malah menuduh bahwa karya tersebut hasil copas. Satu pernyataan ini sangat berbeda dari pada kritikan dan saran, saya tidak tau harus bagaimana menjelaskan, ketika saya menjelaskan bahwa itu adalah tulisan saya asli mereka tidak percaya. Apakah berarti seperti ini tulisan saya sudah terbilang bagus ? belum tentu.
Hingga tiba saatnya saya kirimkan tulisan saya ke alamat koran kota setempat, meski masih dalam lingkup kabupaten tak apalah rasanya. Karena juga saya sadari tulisan saya masih sangat belepotan. Hingga suatu ketika tulisan saya diterbitkan para akhir bulan Maret tahun 2019, tulisan saya bisa terbit dikoran. Beberapa orang penulis dipondok saya mengapresiasi tentang keberhasilan tulisan saya yang dapat tembus dikoran tersebut. Beberapa saat saya merasa bangga, tapi beberapa saat kemudian juga rasa bangga saya tiba-tiba hilang.
Salah seorang penulis di pesantren saya telah memberi semangat baru untuk tidak puas terlebih dahulu hanya karena tulisan saya dapat terbit dikoran itu. Karena memang faktanya kota saya ini belum ada penulis yang terkenal, dan hanya segelintir orang saja yang mau mendalami dunia literasi ini, dia berkata bahwa instansi koran tersebut akan selalu menerbitkan setiap ada yang mengirimkan tulisannya. Jadi tidak ada seleksi dalam koran ini, hanya ada pengeditan saja.
Seketika saya mulai sadar, bahwasanya tulisan saya memang belum ada apa-apanya. Memang belum pernah saya memasukan tulisan saya dalam kancah perlombaan, lalu saya mencoba mengirimkan tulisan saya pada instansi yang ada seleksinya, saat itu saya sering mendengar bahwa ada instansi penulisan diinternet, disana para pengirim diseleksi dulu tulisannya, hingga saya mencoba mengirimkan tulisan saya di situs tersebut. Dan terbutki tulisan saya ditolak, dari situ saya makin tersadar bahwa saya harus terus berlatih agar tulisan saya menjadi lebih baik.
Tiga kali saya mengirim ke situs tersebut namun belum juga diterima dengan alasan tulisan saya masih belum memenuhi standart yang telah ditetapkan pada situs tersebut. Dari situlah saya dapat mengambil hikmah bahwa saya harus terus mengasah kemampuan saya dalam hal kepenulisan. Saya tidak boleh hanya bergelut didunia saya saja, saya harus terus mencari kekurangan-kekurangan saya yang harus saya perbaiki.
Dan hingga saat ini usaha itu terus saya lakukan untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Saya telah menncapkan mindset untuk terus berusaha memperbaiki diri meski datang pujian bertubi-tubi dari orang-orang sekitar. Karena orang-orang sekitar kita tidak menjamin dengan pendapat orang lain diluar sana. Mungkin saja saya yang saat ini adalah orang yang tidak apa-apanya dibanding dengan salah satu orang diluar sana.
Sampai saat ini tulisan saya masih sangat jelek, oleh karena itu saya akan terus mencari cara agar tulisannya menjadi lebih baik. Entah jika anda semua berbaik hati memberikan motivasi atau berbagi pengetahuan menulis pasti hal itu akan sangat bermanfaat bagi saya yang amatir ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H