Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Kafil Mawaidz

Karyawan swasta

Menuju Manusia Takwa Melalui Puasa

Diperbarui: 9 Juni 2018   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Puasa adalah usaha mengendalikan nafsu agar bisa kita kelola menuruti ketentuan yang semestinya dilakukan. Sesuai Q.S. Al-Baqarah ayat 183 bahwa output yang diharapkan setelah orang-orang yang beriman melakukan puasa adalah terorbitnya manusia-manusia yang semakin meningkat kadar ketakwaannya. 

Manusia yang lebih bisa mengendalikan nafsu, bukan malah dikendalikan oleh nafsu. Nafsu tidak bisa dihilangkan, karena ia bagian dari cinta. Cintalah yang membuat semua bisa bergerak. Cinta juga lah yang membuat semua ini ada. Nafsu harus tetap ada, namun dikendalikan lajunya. "Di-rem" agar tak keblabasan, "di-gas" agar tidak menidurkan semangat.

Manusia takwa adalah manusia yang senantiasa waspada. Selalu waspada terhadap segala nikmat maupun cobaan. Karena nikmat tidak hanya untuk, namun juga harus digunakan sebaik-baiknya untuk mempertebal rasa keimanan kita kepada tuhan. Begitupun juga dengan cobaan yang tidak hanya membuat kita untuk bersabar, namun lebih bagaimana kita mampu mengolahnya untuk menjadikannya nikmat dalam bentuk lain untuk meningkatkan rasa syukur kita kepada tuhan.

Manusia takwa mempunyai orientasi yang berbeda dengan manusia fikih. Manusia fikih lebih mengutamakan kebenaran hukum ilmu-ilmu agama yang telah ia pelajari. Manusia takwa tidak hanya berpatokan kepada kebenaran semata, melainkan lebih hati-hati atau waspada dalam setiap pengambilan sikap terhadap suatu masalah atau persoalan. Manusia takwa mengolah kebenaran agar menjadi kebaikan bersama yang natinya terciptanya keindahan. Keindahan tersebut yang nantinya akan mengantarkan kepada kehidupan bersama yang lebih bersahaja, guyub rukun, memayu raharja.

Puasa adalah proses penguatan kekebalan lahir dan batin melawan beberapa penyakit badan, jiwa, maupun hati.  Puasa adalah proses upgrade anti virus di dalam jiwa agar tak mudah kalah melawan beberapa virus yang membenalu di dalam jiwa. 

Puasa adalah alat komunikasi kita yang secara otomatis langsung diterima tuhan, karena puasa adalah satu-satunya ibadah yang dikhusukan untuk-Nya, berbeda dengan shalat, zakat, haji, sedekah yang nantinya akan kembali kepada diri kita. 

Puasa adalah persembahan suci bagi orang-orang yang mengimani keberadaan-Nya. Maka dari itu, syarat  yang diwajibkan berpuasa adalah orang-orang beriman, bukan hanya manusia atau manusia islam atau juga manusia, melainkan manusia beriman. Manusia yang percaya akan ada-Nya, meskipun dalam penamaan yang lain. Karena dengan keimanan lah yang manusia diantarkan, digiring untuk mencapai apa yang tidak mungkin nuntuk dicapainya dengan ilmu pengetahuan.

Puasa merupakan metode yang paling efektif untuk menuju kemurnian jiwa. Kemurnian jiwa yang akan mengantarkan kita pulang dengan wajah sumringah, mengembalikan semuanya kembali suci untuk bertemu sang maha suci. Puasa adalah cara paling ampuh untuk menjalankan fungsi utama diciptakannya manusia di muka bumi ini untuk menjadi khalifah.

Jika manusia itu sudah mengaplikasikan makna puasa secara komprehensif, maka ia akan sangat mudah untuk mengendalikan, mengatur, me-maintenance segala persoalan dalam kehidupan dengan porsi yang mendekati presisi dan tepat sesuai kehendak-Nya. Puasa berarti mengusahakan tercapainya kesadaran tentang fitrah, setelah itu kita bekerja keras memenangkannya, sehingga mampu menikmati nilai-nilai idul fitri. Selamat menjalankan ibadah puasa. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline