Lihat ke Halaman Asli

Kafi Kurnia

TERVERIFIKASI

Antara Sriracha, Kimchi, dan Pecel

Diperbarui: 4 September 2017   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambal pecel. Sumber ilustrasi: tokomesin.com

Menjelang akhir pekan, teman saya di Portland mengirim pesan, "Datanglah berkunjung ke Portland, ada obyek ziarah kuliner yang menarik. Harus dan wajib kita kunjungi."

Karena teman saya ini adalah foodie kelas berat, maka saya langsung berkemas dan berangkat menuju Portland dari San Francisco. Teman saya mengirim pesan lanjutan, "Jam 8.15 tepat besok di lobby hotel!" Melihat pesan itu saya langsung mengambil kesimpulan, artinya kita akan makan pagi. Dan makan pagi ini pasti sangat spektakuler, karena teman foodie saya sangat dan super serius dengan ajakannya. Malam itu saya akhirnya semi puasa, hanya makan salad dan secangkir kopi, lalu tidur. Menyiapkan diri untuk makan pagi yang spektakuler.

Paginya jam 08.15 di lobby hotel, teman saya sudah nyengir sumringah. Ternyata saya diajak ke sebuah restoran yang sedang naik daun di Portland. "Tasty n Adler", di tengah kota Portland. Restoran ini memang buka jam 9 pagi untuk mereka yang ingin sarapan pagi. Yang membuat saya terkejut adalah antrean yang panjang sebelum restoran dibuka. Rupanya memang restoran ini luar biasa bekennya. Ketika masuk dan duduk di meja, teman saya dengan sigap memesan sajian legendaris mereka.

Tasty n Adler di Portland. Sumber gambar: meganjoy.ca

Dari sejumlah makanan yang dipesan, 2 adalah makanan bergaya Korea, 1 makanan bergaya Mexico dan 2 lagi makanan bergaya Amerika yang tradisional. Kedua kuliner Korea yang kami pesan adalah: yang pertama ayam goreng ala Korea dengan kimchi. Dan yang kedua "Bim Bop Bacon and Eggs". Saya cukup kaget dan terperangah. Tak disangka masakan khas Korea sudah melanda dunia sedemikian lengketnya. Luar biasa sekali.

Bim Bop Bacon and Eggs ala Tasty n Adler. Sumber gambar: gastrolust.com

"Tasty n Adler", memang kreasi koki terkenal. John Gorham yang menurut ceritanya mengambil sejumlah inspirasi dari perjalanannya ke seluruh penjuru dunia, dan memungut sejumlah tradisi kuliner global yang menggoyang lidah kita dan membentuk budaya kuliner global kita saat ini. John Gorham sendiri pada awalnya tahun 2007 mendirikan sebuah restoran Spanyol, "Toro Bravo", yang terkenal itu, di Portland.

Kuliner Spanyol yang seringkali terdiri dari hidangan-hidangan kecil yang sangat beragam dan disebut tapas, membuka sebuah tradisi baru dalam budaya kuliner Amerika, di mana makan bersama ramai-ramai alias "family style" seperti tradisi kita di Asia, menjadi sebuah cara alternatif makan baru di Amerika. Banyak restoran di Amerika kini memotivasi pelanggannya untuk mencoba berbagai hidangan bersama-sama, sehingga kenikmatan makan menjadi pengalaman keberagaman hidangan yang unik.

Saya ingat betul, kira-kira 10 tahun yang lalu, pada sebuah malam yang cukup dingin di tengah musim dingin di Los Angeles, seorang teman mengajak saya untuk menghangatkan badan. Ternyata saya dibawa ke sebuah warung kecil masakan Korea, dan di sana kami memesan sup tahu ala kimchi yang pedas dan panas. Kami makan sampai bekeringat. Dan terasa praktik menghangatkan badan teman saya itu sangat efektif sekali.

Warung Korea itu penuh sesak dengan pengunjung, baik konsumen dari Asia, dan juga konsumen yang bukan Asia. Dengan rasa kagum saya mengatakan kepada teman saya, bahwa kuliner Korea akan mendunia sebentar lagi. Apalagi dengan gencarnya mereka mempromosikan musik dan budaya film Korea saat itu. Ramalan saya kini terbukti. Di Jakarta sendiri, daerah sekitar Senopati hingga Wolter Monginsidi di selatan Jakarta telah berubah menjadi kota Korea alias Korean Town yang populer. Setiap bulannya minimal sekali atau dua, saya bersama relasi juga makan Korean BBQ. Jelas sudah invasi kimchi kini sudah mendunia.

Usai makan pagi, diskusi kami lanjutkan di Stump Town, warung kopi favorit saya yang asli berasal dari Portland. Stumptown berdiri tahun 1999, dan pendirinya Duane Sorenson merupakan salah satu pionir "The Third Wave of Coffee Movement". Sebuah gerakan yang sebutannya diprakarsai oleh Timothy Castle pada tahun yang sama 1999, sebagai kelahiran gerakan "artisan" produsen kopi yang mementingkan kualitas.

Menjadikan kopi sebagai sebuah butik premium cita rasa. Di Stump Town saya diberi kesempatan mencoba salah satu kopi esklusif mereka yang sangat kompleks, yaitu Kenya Kirinyaga Karimikui. Sambil menyeruput secangkir kopi, kami berdiskusi soal restoran dan cafe di Portland beserta trennya saat ini. Perbincangan menjadi semakin seru ketika kami terbahak-bahak membahas fenomena saus sriracha yang fenomenal. Secara singkat sriracha adalah sambal botol yang juga banyak kita dapati di Indonesia. Hanya saja sriracha ini menjadi saus yang merevolusikan cita rasa lidah orang Amerika. Dapat dikatakan orang Amerika tergila-gila dengan saus ini. McD saja belum lama ini meluncurkan saus versi sriracha untuk disiramkan di burger kreasi mereka. Bayangkan kedahsyatannya!

Nama sriracha konon berasal dari sebuah kota kecil di pesisir timur Thailand, Si Racha, yang terletak di Provinsi Chonburi. Resep sriracha sebenarnya sederhana, cabe, dengan cuka, garam, gula dan bawang putih. Dan konon saus yang asli digunakan pedagang warung makanan laut di sepanjang pantai di Kota Si Racha itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline