Lihat ke Halaman Asli

Eka Nurcahyani

Pemikiran tidaklah sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir.

Cerita Indah Berawal dari Lingkungan yang Bersih

Diperbarui: 10 Februari 2018   19:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelir Ati Community

Memang terkadang segalanya menjadi penuh keterbatasan. Melihat gunungan sampah dan merasa tak ada upaya untuk bertindak. Salah siapa? Siapa yang bertanggung jawab? Ahh, sekedar bertanya dan menyalahkan takkan merubah lingkungan.

Maka mulailah dari diri sendiri. Seperti yg disampaikan salah seorang teman saya dalam komunitas krayon steptri, sebuah keteladanan lebih penting daripada seribu nasehat. Sebelumnya saya kenalkan terlebih dahulu mengenai komunitas saya, KAC Jogja atau Kelir Ati Community. Sebuah komunitas psikososial di kota jogja yang beranggotakan puluhan kerayon dari basic ilmu yang berbeda. Oh ya, sebutan kami adalah kerayon, kenapa demikian? Karena sesuai dengan nama komunitas ini, kelir atiyang bermakna warna hati maka setiap dari anggota berkeinginan menjadi kerayon (baca pensil warna) yang membuat hati orang lain lebih berwarna dengan kebahagiaan.

Misi sosial kami saat ini adalah pendampingan cakruk buku di dusun grogol, lereng merapi. Kami merenovasi sebuah cakruk (baca tempat ronda) menjadi sebuah perpustakaan mini dan setiap hari jumat kami memberikan kegiatan kegiatan tertentu pada anak anak sekitar cakruk. Tema pertemuan Jumat kemarin adalah peduli lingkungan. Adek adek diminta berjalan melalui rute rute yang telah ditentukan dan memunguti sampah plastik. 

Cakruk buku grogol

Tujuan kami sebenarnya sederhana, agar anak anak ini memcermati lingkungan mereka yang mohon maaf telah rusak karena penambangan pasir. Jalanan aspal yang dulunya mulus dan dibagun untuk memudahkan akses warga setempat sekarang justru sulit untuk dilalui karena rusak sana sini, kubangan kanan kiri karena setiap hari dilalui puluhan truk penambang pasir. 

Sungai lereng merapi yang dulunya jernih sekarang airnya keruh dan semakin dalam karena proses penambangan pasir yang terus berlanjut dari hari ke hari. Belum lagi sampah yang yang bertebaran di sekitar perkampungan.

air sungai yang menjadi keruh

Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini sejatinya bukanlah proses yang ujug-ujug langsung terjadi. Ini merupakan akumulasi dari berbagai faktor dalam waktu cukup lama dan dilakukan oleh manusia dari generasi ke generasi. Seperti kita ketahui, kita butuh lingkungan yang mendukung kehidupan kita demikian juga lingkungan membutuhkan kita untuk tetap lestari.

Kenapa bisa sampai terjadi kerusakan lingkungan? Ini bukan karena manusia tidak berpendidikan, tetapi mental, kedewasaan serta kesadaran terhadap lingkungan sekitarnya yang rendah. Nah, untuk inilah siang itu kami mengajak anak anak melakukan jalan keliling dusun dan mengambil sampah plastik. Anak-anak merupakan "bibit" generasi penerus yang perlu mendapatkan bimbingan sejak belia, sehingga nantinya jiwa-jiwa konservasinya mampu mengilhami setiap langkah dan pemikiran mereka ketika beranjak dewasa.

Jalan yang rusak

Jika mereka diajarkan mengenal dan mencintai lingkungan sejak dini, dewasa nanti diharapkan mereka peka akan perubahan lingkungan dan dapat mengambil tindakan mengobati lingkungan mereka yang "sakit". Diharapkan pula mereka juga mampu menolak dan mencegah perusakan lingkungan yang terjadi di wilayah mereka.

Mengajarkan anak-anak juga salah satu cara untuk melibatkan peran orang tua dalam menjaga lingkungan. Anak adalah mutiara hati para orang tua sehingga ketika orang tua melihat anak mereka melakukan sebuah tindakan baik, hati mereka akan terenyuh dan tergugah ikut melakukan hal yang sama.Ini terbukti dengan warga desa yang ikut membantu anak anak mengumpulkan sampah di kantong plastik. 

warga yang ikut membantu

Membuang sampah pada tempatnya sebenarnya adalah hal yang sederhana. Demikian halnya dengan mengenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya. Namun justru karena hal hal ini sederhana maka sering diremehkan untuk diajarkan. Selalu dan selalu, sebuah harapan besar berawal dari sebuah pelajaran sederhana dan aksi nyata. Jika bukan kita yang peduli dan menjaga alam ini saat ini, lantas siapa lagi? 

Sebelum masa depan hanya menjadi sebuah kenangan buruk untuk diceritakan, maka sudah seharusnya kita membuat perubahan agar kelak generasi kita nanti tetap bisa menikmati indahnya alam ini. Kita sama sama saja menjaga lingkungannya, karena peduli sendirian itu berat. Jangan lupa sampaikan pesan-pesan baik tentang pelajaran konservasi dan kepedulian tentang sampah ini kepada yang lain ya. Cihuiii ini perlu ditularkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline