Sang Surya sudah mulai beranjak menuju ke peraduannya ketika burung besi yang nyaris sepanjang hari membawa saya terbang bersama Arai, akhirnya landing juga di Bandara Sam Ratulangi, Manado.
Oiya, saya bertemu Arai, Kompasianer cantik dari Kota Batu, Jawa Timur itu ketika transit di Bandara Juanda, Surabaya, setelah sejak sebelum adzan Subuh, saya sudah harus stand by di Bandara Syamsoedin Noor, Banjarmasin untuk boarding penerbangan pertama pagi ini menuju Manado.
Detail penerbangan estafet dari Banjarmasin menuju Manado yang sempat transit beberapa waktu di Bandara Juanda, Surabaya dan Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar ini pernah saya tulis dalam artikel berjudul Perjalanan Banjarmasin-Manado, Serunya Menapaktilasi Bentang "Lebar Nusantara". Silakan klik kalau ingin ikut menikmati sensasinya
Blogtrip saya dan Aray, plus delapan Kompasianer lain yang berangkat dari Jakarta, Palembang dan Padang kali ini berkat kerjasama Kompasiana dan Kementerian Pariwisata dalam rangka menghadiri seminar internasional Destinasi (Pariwisata) Super Prioritas (DSP) Likupang, sekaligus melihat langsung progres pembangunan (infrastrukturnya) di Minahasa Utara dan sekitarnya.
Baca Juga Yuk! Jejak Inspiratif Dokter Marie Thomas di Antara Pesona Liang yang Membuatmu Enggan Pulang
Setelah selesai dengan urusan bagasi, saya dan Aray langsung keluar menuju rombongan yang sedari pagi ternyata sudah stand by menunggu kedatangan kami, "kloter BDJ-SUB yang paling unik!" Berangkatnya paling pagi, tapi sampainya paling sore alias paling terakhir landing di MDC alias Manado!
Benar saja, di dalam minibus berlabel "eksklusif" yang berada di area parkir bandara Internasional yang di bagian depannya terpampang sesanti Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi atau kita kenal sebagai Sam Ratulangi, "Si Tou Timou Tumou Tou" atau "Manusia hidup untuk menghidupkan orang lain" itu, rombongan sudah lengkap!
Kecuali..! Lho, kok ada kecualinya? Ternyata oh ternyata, ada dua Kompasianer yang ternyata terkonfirmasi nggak bisa terbang ke Manado dengan alasan yang kami tidak tahu! Mas Yan dari Palembang dan Mas Yos dari Jakarta. Duh, sayang banget ya!
Setelah saling sapa, Mbak Icha dari EO yang mengurus kami selama di perantauan, eh di Sulawesi Utara maksudnya...he...he...he... langsung memberi saya dan Aray welcome drink, berupa air mineral ditemani sekotak nasi kuning khas Manado dari kedai ternama yang menjadi salah satu ikon kuliner nasi kuning khas Manado. Pasti tahu dong yang sering ke Manado!?